POROX POROX MOMOT: 24 [Proposal Menjadi Nabi]


Tidak cuma boss yang bisa menyesatkan anak buah, mungkin lebih banyak kemungkinannya anak buahlah yang menjerumuskan boss. Bedanya, Jumlah korban si boss lebih sedikit tapi dapat dosanya lebih banyak.

Ini kisah nyata, pengalaman hidup Ibnu Sina [Avicenna](980-1037) yang masyhur sebagai seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia. Beliau memiliki seorang murid yang sotoy [So' tahu] bernama Bahmanyar.

Suatu malam, kedua guru-murid ini sempat bermalam disebuah penginapan di Kota Hamadan, dalam satu kamar pula. Saking seriusnya si Sotoy mengajukan proposal yang serius luar biasa. Katanya begini: " Karena saya yakin tuan adalah manusia paling pandai saat ini di dunia, maka tentu tidak akan ada manusia yang menolak jika Tuan mengaku saja menjadi nabi. Lakukan saja tuan, kita akan sukses".

Nyaris tanpa ekspresi sang guru menjawab: "Tidak", sembari meneruskan tulisan-tulisan artikel yang selalu dinanti-nantikan para mahasiswa dan masyarakat yang membutuhkan.

"Mengapa tuan menolak usulan saya?" Tanya si Bahmanyar. Ibnu Sina menjawab singkat: "Nanti pada waktunya saya akan menjawab pertanyaanmu".

Kebetulan pada saat itu adalah musim dingin sehingga salju berhamparan menutupi halaman penginapan yang luas. Ketika menjelang waktu subuh, terdengar bacaan-bacaan Al-Qur'an dan pujian-pujian kepada Rasulullah s.a.w. dari menara-menara masjid yang saling bersahutan di Kota Hamadan itu; Ibnu Sina lalu membangunkan bahmanyar dan memintanya untuk mengambil air diluar kamar untuk sang guru. Terjadilah dialog berikut ini:

Ibnu Sina: Tolong ambilkan air dari sumur di luar kamar kita ini. Saya mau minum.

Bahmanyar : Tuan, tidak baik minum air dingin saat baru bangun tidur di pagi buta begini, karena akan mengganggu otot-otot dan syaraf tuan!

Ibnu Sina: Bukankah kamu tahu akulah satu-satu dokter saat ini di dunia, apakah kamu mau mengatakan kau lebih pandai dari aku tentang kesehatan?

Bahmanyar: Maaf tuan, di luar terlalu dingin, jika saya keluar kamar maka saya akan sakit.

Ibnu Sina: [Sambil menggenggam tangan muridnya itu] Sekarang saya akan menjawab pertanyaanmu tadi malam yang mengusulkan agar saya mengaku menjadi Nabi. Dengarlah... Sudah 450 tahun lebih Rasulullah wafat, namun di pagi buta, dingin bersalju...manusia masih merindukan dan memuji-muji namanya, seperti yang kamu dengar dari menara-menara itu. Sedangkan aku sendiri masih hidup dan justru oleh murid istimewaku sendiri dilawan dan ditentang. Apakah aku pantas mengaku jadi nabi?

Siapa tahu sejak saat itulah kalau ada seseorang yang sotoy... selalu dijawab dengan nama murid bahlul itu: Bahmanyaaaaaaaaaar! Atau lebih ringkas lagi: Bah!

***Disadur dari: Based on true story: Kisah-Kisah Masjid. Oleh Ridla Naishabury, Pent Qorina, 2005, Cet 1, Jakarta Selatan.