PERLU DUIT, YANG CEPAT, YANG BANYAK [Ini rekord-record dinamika sosial kita]
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Seperti biasa, di dalam majlis taklim ini, selalu saya selipkan
usulan-usulan yang muncul dalam diskusi-diskusi kita di FDMN dan GSD.
Hal yang paling konsisten adalah masalah lingkungan c.q. ajakan menanam
pohon.
Betul kata methode quantum learning itu: "AMBAK =Apa
Manfaatnya Bagiku". Masyarakat memang akan melawan ajakan kita kalau
mereka merasa tidak akan mendapatkan manfaat dari ajakan itu sendiri.
Maka dengan fitur "ZOOM IN" 230% microsoft exel tampillah tulisan BESAR2
di layar LCD dan saya ajak mereka menghitung langsung keuntungan
material bagi yang mau menanam pohon dilahannya yang terlantar sbb:
Jika dalam lahan satu hektar kita menanam SERIBU BATANG pohon SENGON
yng umur panennya 7 tahun maksimal, maka hitungannya adalah=
Modal bibit 1000, tanam 500, pupuk 1000, perawatan 7 tahun 10,000, panen
25,000 total modal perbatang = Rp. 37,500.-/batang/tujuh tahun.
Hasil = perbatang = 1 meter kubik = 1,000 batang x 1 m3 = 1,000 m3
Harga kayu sengon/albasiya/m3 = Rp. 2,800,000.- [potong pajak, transport dll] jadilah Rp. 2,000,000.-/ m3
Total hasil= Rp. 2,000,000.- x 1,000.- = 2 milyar/7 tahun
Hasil pertahun = 2 Milyar / 7 tahun = Rp. 285,714,285.-
Katakanlah kita buang setengah dari hasil diatas untuk mengantisipasi
"post major" jenis apapun, maka kasarnya ada keuntungan 100 juta rupiah
setahun, bukankah ini berarti delapan juta rupiah lebih SEBULAN?
Beberapa orang jamaah mengangkat tangan dan bertanya:
Jamaah A : Sya cuma punya punya lahan dua puluh are, bagai mana?
Jawab : dalam dua puluh are bisa ditanam dua ratus batang itu artinya 200 juta.
Jamaah B : Saya miskin tidak punya lahan, bagaimana caranya?
Jawab : Tantang mereka mereka yang tidak sempat mengurus tanahnya,
ambil bibit gratis di Nurul Haramain, ajak mereka bagi hasil. Itu
artinya anda dapatkan 4 juta lebih sebulan;
Jamaah C : Bagaimana kalau orang yg punya tanah mengerjakan penanaman sendiri?
Jawab : Nah itulah yang diharapkan oleh kita semua. Kita bisa ikut jadi
buruh. Itu lebih baik dari pada nganggur. Bisa juga minta ijin tanam
pohon di pingir jalan milik Pemerintah, nanti setelah 7 tahun minta
bagian untuk menebang setengah dari yang pernah ditanam [ini perlu pakai
surat resmi bersegel dan bermaterai plus stempel].
Seorang
jamaah, yang duduknya di belakang dari tadi saya melihatnya berkali-kali
mengangkat tangan, namun selalu ragu2 dan menarik kembali tangannya.
akhirnya setelah pertanyaa selesai, jamaah itu saya tanya: Silahkan
buuuk...mau tanya apa? Beginilah pertanyaannya
Jamaah D : Kalau
betul semua penjelasan itu, maka waktunya terlalu lama sedngkan kita
perlu makan hari ini, minggu ini bulan ini....Coba kasi tahu kita jenis
pohon yang panennya lebih cepat!
Jawab : Ibu tanamlah POHON
TAUGE alias brubusan, ini umurnya cuma tiga hari saja. Tidakkah ibu tahu
banyak desa yang menjadi kaya dan terkenal karena taugenya? Apalagi
kalau orang-orang tahu bahwa tauge adalah makanan paling baik untuk
memperbanyak sperma [ kwa kwa kwa kwa] sehingga mengatasi "Money and
Chair" pasti nanti taugenya laku keras...
Yah demikianlah
dinamika dalam mengajak masyarakat kita untuk berderap maju. Rupanya
desakan keinginan untuk dapat duit, yang cepat yang banyak, selalu
dihambat oleh ghairah kerja yang jalannya justru surut ke level "Tamak
dan Loba".
Wassalam
Narmada, 27 Rajab 1433 H