ANTARA BANGALOR, BOMBAY DAN MALANG

[Langkah Strategis membangun NTB]

Selesai mengunjungi infosys di Hosur road, electronic city, Bangalor, gantian dan sesuai rencana awal saya harus mengunjungi sebuah kampung tempat bengkel yang membuat mesin pembuat batu bata dengan kapasitas 18 ribu perhari, begitu kata internet memperkenalkannya. Ketika sudah sampai ternyata saya harus mengikuti arahan untuk terbang ke: C 36, KATIRA SHOPPERS CITY, RTO SITE, Bhuj - 370001, Gujarat, India.

Saya agak sumringah karena lokasi itu dapat dikunjungi nanti setelah kembali dari Utthar Pradesh setelah mengunjungi Taj Mahal. OK on 9 May kata saya pada mereka.

Pendek kata, sesampai di Katira lagi-lagi saya terbeliak karena diberi tahu bahwa ada sebuah bengkel di Kota Malang yang telah mengambil lisensi untuk membuat mesin jenis itu dan harganya juga setengah dari pada harga di India.

Saya pendekkan lagi ceritanya, bahwa tak dinyana, ketika berkunjung ke Bandung beberapa hari lalu, saya sholat di Masjid jamik depan hotel Royal Corner, dan selesai sholat saya iseng-iseng mengontak bengkel produsen mesin batu bata di Kota Malang itu, ajaibnya saya mendapat jawaban dari ujung hp sana:

"Hallo, saya Wildan Pak! ada yang bisa saya bantu?" Saya Jawab:
"Ya. saya mau berkunjung ke bengkel saudara di Malang"

Pak Wildan menjawab: "Wah maaf pak, saya masih di Bandung. ada acara keluarga nikahan. ini suaranya kedengaran ribut"

Aneh bin ajaib saya selain mendengar suara di HP saya juga mendengar suara langsung di samping saya. Ohooooooy ternyata seorang pemuda yang bernama Wildan itu sedang duduk menelpon seseorang, sama seperti saya di serambi bawah masjid jamik itu.

Dan saya singkat lagi ceritanya, bahwa Wildan mengembangkan mesin itu untuk menolong masyarakat Malang yang sejak jaman pra kemerdekaan membuat batu bata manual yang sangat berat pengerjaannya dengan hasil yang minim dan ongkosnya sangat memilukan.

Selamat Nak Wildan, kataku merubah sebutan dari Pak ke Nak, saking mudanya anak Malang itu. Oh ya saya akan beli beberapa Mesin. Berapa satu?

Dengan serius Wildan menjawab: "Jangan beli langsung Ustaz! Nanti saya akan ke Lombok, siapkan saya alat2nya, kita buat mesinnya di Lombok Saja" . Wildan menyodorkan tangan, minta pamit karena acara nikahan keluarganya belum usai.

Tentu saya bengong: "Ya Allah...Apakah Engkau juga menciptakan hambaMU sejenis itu di Lombok?"

Wassalam