KEPADA 3,999 ANGGOTA FDMN, MARI KITA MI'RAJ

[ Langkah strategis Membangun NTB] 
 === DIULANG DARI SEBELUMNYA ===

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum wr. Wb.

Menyampaikan uraian dan hikmah Isro' Mijraj dihadapan jamaah yang memandang kita dengan kulit kelopak matanya adalah derita paling dalam di dalam bathin seorang guru. rasanya kiamat datangnya lebih cepat.

Menyebutkan sumber-sumber seperti As-Siiroh an nabawiyyah, Siaru A'laamin Nubala', Usudul Ghobah, Al-Milal Shahrastany apalagi Rijal haulalrrosuul, heem kayaknya semakin asyik nama-nama kitab muktabar itu meniup jidat mereka seakan makanan biasa yang membosankan. Sementara nun jauh di sana, mereka yang tidak tertarik naik kemasjid karena persepsi biasa: "pade doang isin ceramah tie" semakin membuat kita kelimpungan menyiapkan materi.

Apa yang ingin saya sampaikan adalah urusan transendental yang saat ini kita perlukan. kreasinya adalah pada sajiannya yang menggunakan versi berbalik yaitu dari ujung ke pangkal. Bagaimana itu?

Bermula dari isi sebuah buku yang tidak biasa tulisan Hugh Kennedy, yang merilis hasil study dan riset mendalam di seluruh tempat yag pernah ditaklukkan tentara muslim dahulu kala. Bukunya sendiri diberi judul "The Great Arab Qonquest" diterjemahkan oleh saudari Ratih Ramelan dan ade Fakih Kurniawan. Hugh ingin menyempitkan "faktor universalitas dan immaterial yang mendukung kesuksesan penaklukkan itu" namun dengan beberapa cerita tulisan saksi mata beragama Kristen yang menyaksikan kejadian penaklukan Qadisiyyah dan Ibu Kota kerajaan persia di Irak bernama Hulwan, justru semakin memperkuat bukti bahwa faktor mencari jajahan dan merampas harta bukanlah faktor penting dalam semua penaklukan itu.

Begini para saksi mata beragama Kristen menceritakan:

Seorang penduduk Ctesiphon yang Kristen, karena kebosanannya pada kecongkakan Kisra Persia, memberi tahukan kepada tentara2 muslim lokasi yang sempit dan arusnya lemah dari sungai Tigris. Namun Sungai Tigris tetaplah sungai yang bak lautan, harus diarungi dengan semangat "Berani Mati" apalagi diseberang timurnya tentara Persia sudah menunggu dengan pedang dan tombaknya.

Saad bin Abi Waqqas sang Pemimpin pasukan muslim kemudian membagi kavaleri kuda betina jadi depan dan mengucapkan takbir dan menceburkan diri mengarungi Tigris. entah manusianya atau kuda jantannya yang lebih berani, ternyata kavaleri kuda jantan turut menceburkan diri, maka 7,500 tentara itupun telah membuat apa yang tadi malam merupakan KHAYALAN MUSTAHIL menjadi pagi yang nyata dapat ditaklukkan. Kita tidak akan menonton jalannya pertempuran heroik dari kedua belah pihak karena hasilnya telah nyata kita tahu "Persia Takluk". Tapi dua cuplikan kecil bagai nuklir yang memecah membesar dan meledak dahsyat . . .ini dia [menurut penulis Kristen yang menonton dari tepian sebelah timur Tigris]:

Serang tentara muslim yang tidak pandai berenang, terlepas dari punggung kudanya dan nyaris hanyut, namun seorang temannya meloncat dan menariknya sehingga bisa kembali naik kepunggung kudanya. Korban terselamatkan itu berkata: "Terima Kasih saudaraku. Engkau lebih mencintaiku justru lebih cinta dari saudara kandung perempuanku sendiri". Sang penyelamat menjawab: "Ini pertolongan Allah, karena kita sedang menyongsong janji Rasulullah"

Peristiwa kedua adalah seorang tentara yang sedang berenang dengan kudanya, memiliki cangkir yang sangat disayanginya dan saat berenang, cangkir itu terlepas dari ikatannya lalu mengapung dihanyutkan air menjauhi pemiliknya. Seorang kawannya lalu berkata: "Biarkanlah cangkir itu berlalu, ini adalah kehendak Allah, mari kita lanjutkan serbuan kita". Penyayang cangkir itu berkata: " Tidak. Ini bukan kehendak Allah, karena kalau DIA menghendaki, mengapa hanya cangkirku yang hanyut, sedangkan cangkir kalian tidak? Allah akan memperlakukan tentaranya sama adilnya"

Ketika pasukan sudah akan menderu menyerang benteng Hulwan, si Pencinta cangkir itu masih berdiri terdiam di tepian Tigris "menagih keadilah Allah kepadanya". Dan ribuan pasang mata terbelalak menyaksikan angin-kencang yang bertiup dan mengombang ambingkan cangkit itu menepi dan menepi, sampai persis disisi pemiliknya berada. Ia segera meraihnya dengan ujung tombaknya . . .Maka derap pasukan berbalik punggung menyerbu benteng dengan keyakinan : Apa yang sedang mereka perjuangkan sedang disaksikan Allah SWT dan pastilah mereka akan ditolong.

Penulis kristen penduduk Ctesiphon menuntaskan ceritanya: Tak ada seorang korbanpun dan tak ada kerugian apapun dalam penyebrangan Tigris yang mematikan itu.

Efek dari peristiwa ini adalah menggeloranya semangat tentara muslim dan menciutnya nyali pasukan Persia. Panglima perang Persia Rustum yang gagah berani, sempat menulis Puisi yang menerangkan Bahwa perlawanannya, bukan didorong oleh keyakinan dan kemampuan untuk memenangkan pertempuran, sebab dia sudah mendengar bahwa Muhammad Rasulullah telah menjanjikan akan menghadiahkan Mahkota, jubah dan pedang Yazdagird kepda seorang sahabatnya yang masuk Islam gara-gara menyaksikan mukjizat Muhammad dalam peristiwa Hijrah puluhan tahun sebelumnya.

Diceritakan ketika pedang Suroqoh jatuh terkulai yang sontak diangkat Muhammad dan berkata: Siapakah yang akan menyelamatkanmu wahai "Suroqoh" dari pedangmu sendiri? Suroqoh berjakata : hanya engkau wahai Muhammad. Rasulullah lalu memaafkannya yang menyebabkan Suroqoh masuk Islam. Muhammad lalu menjanjikan bahwa kelak beliau akan menghadiahinya dengan Mahkota, Jubah dan Pedang Kisra Persia.

Rustum yang juga ahli nujum mendengar kisah itu dan mempercayainya, dan sialnya menulis puisi tentang kepercayaannya itu dan lalu menyebar di dalam tentaranya sehingga segenap pasukan Persia mulai dari jendral sampai kopral percaya dan meyakininya sehingga lengkaplah penjelasan Hugh Kennedy bahwa pertempuran itu memang karena kehendak Allah untuk menyebar ratakan keamanan kedamaian dan cinta kasih Islam.

Hugh Kennedy juga menceritakan veri non Islam ketika terjadi peristiwa penaklukan Palestina dan perebutan Baitul Maqdis dari tangan Pasukan Heraklius tiga tahun setelah itu. Puisi-puisi tulisan para Pastur yang menjaga Kathedral baitul Maqdis menjelaskan bahwa pasukan muslim akan memenangkan pertempuran karena mereka ditolong Allah, untuk itu tidak perlu dipertahankan dengan darah, cukup diserah terimakan saja dan diberikan persayarat yang mengamankan khatedral itu. Uskup Agung kota ini, yaitu Patriach Sophorius, memutuskan untuk menyerah dengan jalan damai. Kebijakan ini diambil untuk menghindari pertumpahan darah.

Menjelang musim semi 638 M, sebuah delegasi keluar dari kota dengan misi damai. Penyerahan Yerusalem memuat tiga syarat. Pertama, disepakati adanya gencatan senjata di antara kedua belah pihak. Kedua, Yerusalem hanya akan diserahkan kepada penguasa tertinggi dari pihak Islam. Ketiga, sisa pasukan Romawi yang ada diizinkan pergi menuju Mesir tanpa hambatan dari pihak Islam.

Itulah sebabnya Umar bih Khattab harus menerima langsung Palestina dari tangan uskup Patriach Sophorius dan sampai saat ini katherdal itu aman dan selamat. Sampai saat ini Hamasy dan Bangsa Palestina selalu memperingati Isra' Mikraj dengan kenangan herois namun damai itu. Itulah nilai yang di gali oleh kampiun pejuang Palestina Al-magfuuru Lahu As-syeikh Muhammad Yasin.

Apa yang menjalin posting ini menjadi satu adalah kedua peristiwa kunci itu terjadi pada Bulan yang sama, Juni dan Rajab. Apakah aneh pula kalau sekarang ini juga bulan Rajab dan bulan Juni bersamaan? Silahkan pembaca merenungkannya.

Yang ingin saya garis bawahi adalah : Israk itu menyiratkan KECEPATAN LANGKAH dan Mi'raj itu mengajarkan KETINGGIAN CAPAIAN. Nah apakah masyarakat NTB ini tidak akan pernah ber Israk dan Ber Mi'raj? Untuk selama-lamanya?

Itulah energi yang ada dibalik usaha energi Listrik tenaga Geothermal yang kita ajukan. Itulah spirit yang mendorong usaha dibidang teknologi Wimax itu diusulkan. maukah kita?

Wassalam
Narmada, 26 Rajab 1433 H / 16 Juni 2012 M [ Perhatikan tanggalan ini]