Langkah Strategis Membangun NTB
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ya sudah. Kita relakan saja namanya tetap begitu "Odong-Odong" sebagai mana orang Betawi memberinya nama, sebab merekalah yang memulai menghadapi fenomena kepadatan penduduk yang melahirkan kendaraan rekreasi murahan ini. Sekalipun orang lombok bisa memberinya nama dengan sebutan yang mirip kodong-kodong tersebab performennya yang mengodong angin.
Kepadatan sudah merambah Lombok, maka penduduk mulai kelabakan menghadapi diri mereka sendiri. Tinggal di rumah, BeTe; nonton TV melulu sumpek; mau rekreasi yang mahal-mahal tentu tidak mampu, maka membahanalan bisnis hiburan murah berupa odong-odong.
Lain ladang lain belalang, lain dusun lain odong-odongnya. Lihat saja odong Gerung yang ratusan banyaknya berseliweran di BGS alias Bundaran Gerung Square . Ratusan lampu kelap kelip dan dentuman full-music-nya. Bayarnya cuma 2000 rupiah perorang baik yang masih ompong karena bayi maupun ompong karena lansia.
Di Narmada lain lagi, mungkin karena routenya yang turun naik dari Tanak Tepong ke Lembuak, maka selain kemeriahan lompa-lampu dan full-musicnya, maka odong-odong harus menggunakan mesin ex Honda CB atau vesva yang bercc besar.
Dasan Agung punya trend sendiri, sekalipun masih menggunakan minyak nasi bungkus alias tenaga ontelan kaki si Abang Odong [kusir], mereka harus menyediakan kursi-kursi lucu berupa boneka macam-macam binatang yang berwarna warni dengan mata kelap kelip mendelak-delik.
Pendek kata kalau kita pergi ke Getap, melihat-lihat pesanan odong-odong di tukang las. Kita bisa langsung menebak dari mana boss odong2 yang mempunyai pesanan itu. Harganya mulai dari 3 sampai 9 juta rupiah.
Odong-odong karang jangkong kurang diminati karena terlalu panjang dan mesinnya menggunakan diesel yang tidak ramah lingkungan, muatannya terlalu banyak sehingga tenggorokan penumpang menjadi kering selama menunggu.
Paling keren adalah odong-odong Labulie yang lampunya kelap kelip dan tempat meluncurnya di jalur by-pass BIL. Di sini peminatnya bukan saja bocah-bocah bau kencur yang baru belajar mengenal keramaian, tapi cowok-cewek kampung yang lagi ngetes baju baru kiriman dari Malaysia. he he he.
Haqqul yakin odong-odong ini pastilah turut menjadi way-out bagi kelesuan ekonomi dan kekurangan lapangan kerja saat ini. Semakin sumpek Lombok ini, akan semakin cerah pula trend per-odong-odongan ini.
Ada yang menarik disini, bahwa ternyata odong-odong bisa menjadi sarana iklan lagu-lagu baru. Jadi Abang Odong selain dapat ongkos, masih bisa tukar tambah file lagu-lagu mereka. Mulai dari lagu sasak Ampet-ampetnya si Ega Ihsan sampai Lagu Bebalu bais yang dilarang itu. makin aneh lagi adalah lagunya si Fatin yang baru menag X-Factor yang berbahasa Inggris " Granade" hampir dihafal oleh bocah2 pelanggan odong-odong.
Saya kira, kedepan ini odong-odong akan dilirik oleh para calon Kadus, Kades, Bupati dan Wali kota untuk menjadi ajang Iklan dan kampanye. Nah Abang Odong akan semakin keren saja nampaknya kedepan ini.
Oh ya, seorang Abang Odong asal Dasan Tereng saya tanya berapa pendapatannya dari sore sampai malam; Dia bilang dengan 5 liter bensin dia bisa dapat 16 rit. Setiap rit 14,000 rupiah. Jadi bersihnya untuk dibawa pulang Rp. 200,000.-
Lucunya kata si Abang, ternyata anak istrinya juga doyan naik Odong-odong, tentu tidak mau digowes oleh ayah mereka sendiri, tapi harus odong-odong lain. Mungkin biar bisa bebas teriak-teriak.....!
Wassalam
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ya sudah. Kita relakan saja namanya tetap begitu "Odong-Odong" sebagai mana orang Betawi memberinya nama, sebab merekalah yang memulai menghadapi fenomena kepadatan penduduk yang melahirkan kendaraan rekreasi murahan ini. Sekalipun orang lombok bisa memberinya nama dengan sebutan yang mirip kodong-kodong tersebab performennya yang mengodong angin.
Kepadatan sudah merambah Lombok, maka penduduk mulai kelabakan menghadapi diri mereka sendiri. Tinggal di rumah, BeTe; nonton TV melulu sumpek; mau rekreasi yang mahal-mahal tentu tidak mampu, maka membahanalan bisnis hiburan murah berupa odong-odong.
Lain ladang lain belalang, lain dusun lain odong-odongnya. Lihat saja odong Gerung yang ratusan banyaknya berseliweran di BGS alias Bundaran Gerung Square . Ratusan lampu kelap kelip dan dentuman full-music-nya. Bayarnya cuma 2000 rupiah perorang baik yang masih ompong karena bayi maupun ompong karena lansia.
Di Narmada lain lagi, mungkin karena routenya yang turun naik dari Tanak Tepong ke Lembuak, maka selain kemeriahan lompa-lampu dan full-musicnya, maka odong-odong harus menggunakan mesin ex Honda CB atau vesva yang bercc besar.
Dasan Agung punya trend sendiri, sekalipun masih menggunakan minyak nasi bungkus alias tenaga ontelan kaki si Abang Odong [kusir], mereka harus menyediakan kursi-kursi lucu berupa boneka macam-macam binatang yang berwarna warni dengan mata kelap kelip mendelak-delik.
Pendek kata kalau kita pergi ke Getap, melihat-lihat pesanan odong-odong di tukang las. Kita bisa langsung menebak dari mana boss odong2 yang mempunyai pesanan itu. Harganya mulai dari 3 sampai 9 juta rupiah.
Odong-odong karang jangkong kurang diminati karena terlalu panjang dan mesinnya menggunakan diesel yang tidak ramah lingkungan, muatannya terlalu banyak sehingga tenggorokan penumpang menjadi kering selama menunggu.
Paling keren adalah odong-odong Labulie yang lampunya kelap kelip dan tempat meluncurnya di jalur by-pass BIL. Di sini peminatnya bukan saja bocah-bocah bau kencur yang baru belajar mengenal keramaian, tapi cowok-cewek kampung yang lagi ngetes baju baru kiriman dari Malaysia. he he he.
Haqqul yakin odong-odong ini pastilah turut menjadi way-out bagi kelesuan ekonomi dan kekurangan lapangan kerja saat ini. Semakin sumpek Lombok ini, akan semakin cerah pula trend per-odong-odongan ini.
Ada yang menarik disini, bahwa ternyata odong-odong bisa menjadi sarana iklan lagu-lagu baru. Jadi Abang Odong selain dapat ongkos, masih bisa tukar tambah file lagu-lagu mereka. Mulai dari lagu sasak Ampet-ampetnya si Ega Ihsan sampai Lagu Bebalu bais yang dilarang itu. makin aneh lagi adalah lagunya si Fatin yang baru menag X-Factor yang berbahasa Inggris " Granade" hampir dihafal oleh bocah2 pelanggan odong-odong.
Saya kira, kedepan ini odong-odong akan dilirik oleh para calon Kadus, Kades, Bupati dan Wali kota untuk menjadi ajang Iklan dan kampanye. Nah Abang Odong akan semakin keren saja nampaknya kedepan ini.
Oh ya, seorang Abang Odong asal Dasan Tereng saya tanya berapa pendapatannya dari sore sampai malam; Dia bilang dengan 5 liter bensin dia bisa dapat 16 rit. Setiap rit 14,000 rupiah. Jadi bersihnya untuk dibawa pulang Rp. 200,000.-
Lucunya kata si Abang, ternyata anak istrinya juga doyan naik Odong-odong, tentu tidak mau digowes oleh ayah mereka sendiri, tapi harus odong-odong lain. Mungkin biar bisa bebas teriak-teriak.....!
Wassalam