MEMAHAMI ANTARA PROSES DAN TUJUAN
Bismillahirrahanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dalam dinamikan Pengajaran dan Pendidikan di sebuah Pondok Pesantren
akan terjalin dua arus utama: Imajinasi dan Aksi guru dengan Imajinasi
dan Aksi murid. Orientasi Sang guru bergerak menuju Visi dan missi
global Pondok sedangkan murid sedang berupaya menjemput cita-citanya.
Ada peristiwa kunci di sini: Sang Guru pernah menjadi murid, itulah yang
memberinya wawasan sehingga mampu bertekun sabar dalam proses panjang
selama murid demi murid diantarkan ke akhir masa pendidikan dan
pengajarannya.
Diantara murid-murid itu ada yang diberikan
kemampuan mencerna, sampai mampu menembus Visi dan missi global
Pondoknya, anak semacam ini dengan sendirinya memiliki kwalifikasi
menjadi kader Pondok. Tinggal di Pondok atau meneruskan diluar tidak
menjadi penghalang baginya untuk memberikan sumbangsih pada
almamaternya.
Sisa murid lainnya, memerlukan pembinaan dan
pembimbingan. Bisa berhasil bisa juga tidak. Bahkan ada yang kwalitetnya
lebih mengecewakan ketimbang para simpatisan yang menyepakati visi dan
missi Pondok. Kondisi seperti ini kerap terjadi pada diri seorang guru,
sehingga Ulama sekaliber Imam Syafi'i bersenandung dalam syairnya:
علمته الزماية, فلما *** اشتدت زمايته زماني
Kuajarkan dia memanah
Ketika sempurnan kemampuannya
Anak panahnya diarahkan kepadaku.
Pertanyaannya: Mengapa para guru yang tahu akan terjadinya kemungkinan
seperti itu namun masih saja mau menjadi guru? Jawabannya "karena balas
jasa yang paling baik adalah diharapkan dari Allah SWT."
Jika
para anbiya' dan waratsahnya menikmati saja secara individual seluruh
superioritas kepribadiannya, keluasan aksesnya, maka mereka bisa menjadi
raja diraja, namun tersebab karena dia memilih "mengajar" maka sumpah
serapah dan berbagai fitnahlah yang selalu menjadi sarapan paginya. Oleh
karena itu "Rojaan limardlotillah" saja yang mampu memberinya daya
tahan untuk menepis dan selalu berkata TIDAK KEPADA SETIAP BISIKAN untuk
meninggalkan tugas Pengajaran dan Kependidikannya.
Pedihnya
hati guru ketika muridnya tidak berhasil menggapai cita-citanya,
kadernya menelikung ditengah jalan tak bisa disamakan dengan kekecewaan
seorang yang kasmaran karena cintanya tertolak. Seorang kekasih yang
cintanya ditolak semestinya bisa bersyukur karena pengkhiatan terjadi
sebelum dia mengikatkan belenggu tanggung jawab berumah tangga. Dia
telah terselamatkan tepat pada waktunya.
Tetapi cinta, harapan
dan jasa guru yang dikhianati, yang telah berubah menjadi anak panah
dan peluru yang mengancam menembus dadanya. Dengan kiasan-sakit seperti
apa untuk membayangkan perihnya?
وظلام الليل له سزج *** حتي يغشاه أبو السزج
Dalam gulitanya malam, selalu ada bintang penghibur
Sampai suatu saat kemilau mentari datang menjelang.
Itulah sebait syair dalam Qosidah al-munfarijah yang harus selalu
menjadi mutiara yang terkalungkan pada leher setiap guru, agar mutiara
selalu kerap membisikkan pengharapan "bahwa diantara benih-benih yang
telah ditebar dan dirawat, Insya Allah masih ada yang akan tumbuh
menjadi pohon rindang, berdaun rimbun serta berbuah lebat. Membanggakan
gurunya dan menakutkan lawannya"
Renungan akhir: [QS. Al-Fath: 29]
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ
فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ
السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى
عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا عَظِيمًا (٢٩)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan
sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.
Afalaa Tatadabbaruun
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Narmada, 25 September 2013