PILPRES dan WORLD CUP 2014 TAK ADA AKAR ROTAN-PUN JADI
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sebuah Sukses Story diperlukan Bangsa yang sedang terpuruk ini. Rakyat
sudah bosan terpuruk, birokrasi sudah jenuh disumpah serapah. Berdiam
diri seprti menunggu godot sudah tidak zamannya lagi. Modal SDA sudah
tidak meragukan, tinggal bagaimana SDMnya.
Ada yang
berpendapat rakyatlah yang belum siap untuk maju, sekalipun Hugo Chaves
jadi presiden di sini, tetap saja akan begini. Ibarat lokomotif roll
rois tapi gerbongnya keberatan. Tapi pendapat lain justru meyakini bahwa
yang diperlukan adalah pemimpin dengan segudang kriteria, rakyat sudah
siap siaga untuk ngacir, dengan kecepatan super-sonic sekalipun.
Persaingannya nyaris bagaikan mendaki puncak Everes di Tibet sana yang angker karena udara tipis dan jalannya licin berliku.
Apa boleh buat, karena ketatnya persaingan, maka kwalifikasi demi
kwalifikasi pemimpin masa depan itupun terus menerus bertambah, mulai
dari kemampuan menerbitkan auto / biografi agar terbukti secara empiris
kelayakannya, kemudian sukses berekonomi atau 'sudah kaya dari sononya'
agar kelak tidak dikhawatirkan memperkaya diri sendiri; Perlu juga ada
nuansa kesalehan agar tidak bersinggungan dengan mayoritas atau bila
perlu kafir sekalian supaya lebih mencuat kemampuan adaptatif dan
kepluralismeannya; Biasa hidup sederhana juga perlu, maka tampil di TV
dengan makan diwarteg adalah trik yang cukup ‘nendang’. Bahwa presiden
memiliki koky dan ajudan pengecap makanan adalah urusan rahasia,
masyarakat tidak banyak tahu itu.
Sedari pagi sekali,
kandidat-kandidat muda potensial namun bermodal cekak didorong keujung
labirin sehingga setiap saat gampang dijorokin. Ada pula yang dimasukkan
kedalam sebuah system agar duduk, diam anteng dibalik ketiak boss.
Bikin gerakan mencurigakan? . . .pluuuung …masuk kotak.
Satu
demi satu calon kandidat yang sudah lama membangun image, mulai dari
mimpi sampai geliat-geliat kecil, beguguran karena tidak mampu menggapai
kriteria itu atau kehabisan nafas sebelum bertanding. Betul, bahwa
mendaki puncak itu harus menyeret-nyeret kaki, menapak selangkah demi
selangkah, tetapi untuk turun memerlukan energi berlipat ganda agar
tidak disedot oleh grafitasi kedasar jurang yang mengerikan.
Kita masih mengenang bagaimana Allahu Yarhamuhu Presiden Gus Dur menebak
dengan tepat kemenangan Italia atas Jerman Barat pada Piala Dunia 1982
di Barselona. Bahkan top skorernya sudah diramal "Roberto baggio". Lalu
pada tahun 1999 Gus Dur malah terpilih menjadi Presiden. Entah apa
korelasinya, pokoknya dipandang perlu seorang calon presiden menguasai
urusan sepak bola. Sungguh kebetulan yang luar biasa kalau perhelatan
Pilpres kita 2014 berdekatan dengan Piala Dunia Brazil. Sebelum Brazuka
menggelinding di Maracana, di sini bola liar lebih dahulu dikick-off.
Siapa tahu saat ini para kandidat, bakal calon sedang bersiap-siap
menghafal peristilahan bola dan daftar nama pemain top dengan
masing-masing keahliannya, cewek pasangannya komplit dengan barisan Toon
Arminya.
Gelegar kampanye para bakal calon yang
mempersonifikasi diri sebagai calon pemimpin kuat, jujur dan berani
sudah tak menyisakan ruang rehat untuk sedikit mengaso dari hiruk pikuk
iklan-iklan capres.
Sportifitas adalah prasyarat dalam sebuah
kompetisi yang fair dan salah satu atlit yang sangat sportif adalah Ade
Rai, seorang atlet bina raga dengan vitalitas tidak meragukan. Itu dulu.
Tapi sekarang Ade cukup arif untuk memahami bahwa eranya sudah berlalu;
Ade telah dengan damai beranjak menjadi kharisma yang Menyegankan.
Chris John mencoba melawan usianya. Itu sebentuk penyakit George
Formanian dan Oscar de La Hoyaiyan yang hanya mengingat satu kata
"Dragon" tapi melupakan kata 'old'.
OK Christ ... semoga fakta
bisa menjadi pelajaran berharga. Tak lupa terima kasih atas prestasi
anda yang telah membanggakan kita semua.
LL2 [baca: double el
kwadrat] alias lo lagi lo lagi, sebuah ungkapan kebosanan masyarakat
sudah tidak pernah lagi menggema. Setiap zaman selalu ada bintangnya.
Masalahnya adalah: Apakah kita melihatnya?
Jangan-jangan kita capek meributkan akar dan umbi sebagai pengganti padahal ada rotan yang tersedia cukup melimpah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb