KITA SUDAH SAMPAI DIMANA?
Menyambut Tahun Baru Hijriah 1435 H: (3)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Kita, dalam hiruk pikuk dan bisingnya kehidupan ini perlu melakukan
refleksi didalam kesunyian jiwa, membuat pengembaraan spiritual
sebagaimana Hayy Ibn Yaqzon dalam karya sastra philosofi-nya Ibnu
Tufail. Untuk suatu saat tertentu, kita mesti membubarkan dunia ini
dengan segenap isinya karena puzzle-puzzlenya sudah tidak presisi lagi.
Seperti bocah lugu yang hendak memulai lagi menata permainan "bongkar
pasangnya".
Pergantian siang dan malam yang menumpuk membentuk
hari, minggu, bulan dan tahun tidak boleh dibiarkan terserak begitu saja
melahirkan silang sengkarut sejarah kita. Ia mesti ditata kembali agar
menjadi seuntai kisah indah yang kelak akan kita persembahkan kepada
Sang Pencipta.
Pergantian siang dan malam itu memang
diciptakan agar menjadi panduan bagi kita dalam melakukan perhitungan,
muhasabah atau kalkulasi untung rugi perniagaan hidup "LITA'LAMUU
'ADADASSINIINA WAL HISAAB" [QS. Yunus: 5]
Refleksi itu ibarat
pesta spiritual, agar dengan mata bathin yang bening dapat melihat
bekas-bekas jejak telapak kaki kita di atas tanah, debu dan pasir
kehidupan ini. Refleksi adalah peristiwa khusyuk buatan kita sendiri
untuk memahami bagaimana keheningan malam menghadirkan ketentraman,
bagaimana sinar terang menghapus kegelapan malam dan bagaimana pula
siang dibentangkan bagai lembaran luas tempat kita melukis dan mengukir
prestasi. Akhirnya sebagaimana Hayy ibn Yaqzon dan Absal menemukan
puncak ekstase-nya setelah sampai pada suatu kesimpulan bahwa di dunia
ini (1) setiap makhluk memiliki fungsi dan keistimewaannya sendiri serta
(2) dibekali oleh Penciptanya dengan potensi sukses yang adil sehingga
dengan dada tegak membusung meninggalkan pulau permenungan untuk kembali
merajut lembaran kain sejarah dengan optimisme yang bulat. [QS.
Al-Isro':12]
Muharram tahun ini, 1435 H kembali datang untuk
mengajak kita duduk,tenang tafakkur. Lepaskan pandangan jauh kekaki
lazuardi sejarah peradaban Islam yang telah mengalami dua periodisasi
besar "Kebangkitan dan Kemunduran". Masing2 periode berentang 700 tahun
dan kini kita telah sampai pada ratusan yang 15 sehingga banyak orang
menyebutnya Abad ke 15 Hijriah adalah abad kebangkitan kembali. Kita
sudah menghabiskan 35 tahun dari abad kebangkitan itu, maka mari
tafakkur saat ini dengan sebuah pertanya awal: "KITA SUDAH SAMPAI
DIMANA?"
SCENE 1
Muhammad s.a.w. lahir pada sebuah tahun
yang diberi nama TAHUN GAJAH. Pada tahun itulah tepatnya 15 Muharram
Pasukan bergajah Abrahah dilumat oleh Ababil laiknya pucuk daun-daun
muda yang dimakan ulat. Inilah sebuah tonggak dimana PERADABAN GAJAH
yang mengandalkan kebesaran dan kekuatan fisik ditutup-buku-kan.
Lembaran sejarah yang mengandalkan Iman, ilmu dan amal -pun dimulai.
Kekuatan dan kedahsyatan, sejak saat itu tidak lagi bisa dimanipulasi
melalui tampilan besarnya bentuk dan volume tetapi pada kepadatan energi
yang tersimpan di dalam sesuatu. Saat ini setelah 15 abad dari saat
itu, dunia sudah memasuki abad Nuklir, abad nano-teknologi. Bintangnya
bukan lagi raksasa mammouth tapi butiran tak terlihat "Mitsqoola
Zarrotin".
SCENE 2
16 Muharram tahun 2 Hijrah, nelangsa
bathin Muhammad s.a.w dan para sahabat beliau sudah mencapai puncaknya.
Tenaga sudah nyaris terkuras, air mata sudah mendekati titik keringnya
dan juntaian tangan-tangan memanjat langit sudah hampir jatuh terkulai,
turunlah firman:
" Hai Muhammad KUsaksikan wajah-wajah kalian
sudah teramat memelas mendongak langit, memohon energy hidup yang baru
dan segar. Mulai saat ini KUperintahkan hadapkan wajahmu ke Ka'bah.
Itulah qiblatmu yang baru" (QS. Al-Baqarah: 144)
Gabungan
ilmu-ilmu filsafat, astronomy, geology, antropolgy, matematika dan
sosiology serta sejarah menyimpulkan secara empiris bahwa Sacred
Geometry itu memang fakta adanya. Sacred Geometry adalah titik-titik
dibumi yang terkoneksi antara yang satu dengan lainnya melalui tarikan
garis-garis lurus, berjumlah 188 buah titik dengan sebuah sentral yang
membjadi sumbunya. Setiap peradaban memiliki pusat energinya sendiri,
tanpa itu dia akan tertelan oleh pasir-hisap kehidupan. Di atas titik
sumbu itu ditandai dengan sebuah bangunan abadi.
Peradaban
Bangsa Maya berpusat di Kuil Aztec, Peradaban Fir'aun di Piramida Giza,
Peradaban Babilonia dengan Istana gantungnya, Peradaban Persia dengan
Istana 100 tiang di Persepolis, Peradaban Yahudi dengan Menara David dan
Nasrani dengan Gereja Bunda Maria, keduanya di Yerussalem.
Islam sebagai peradaban baru yang dipersiapkan kelahirannya, harus juga
memiliki sendiri Sacred Geometrinya. Itulah Makkatul Mukarramah yang
ditandai dengan bangunan Ka'bah. Semua bangunan peradaban sebelumnya
berbentuk piramida dan obelisk, besar di bawah dan lancip diatas. Seakan
menandakan ada seseorang yang menduduki pemuncak kekuasaan dan secara
hirarkis kebawah ditopang oleh semakin banyak orang. Itulah peradaban
yang menganut paham penghambaan manusia atas manusia.
Nampak
jelas bahwa Islam berbeda; bentuk Ka'bah persegi empat dengan tembok
yang tegak lurus dan tidak berbeda puncak tertinggi dengan fondasi
paling bawahnya. Inilah peradaban yang menganut kesetaraan martabat
kemanusia. Pembedanya hanya derajat tinggi dan rendahnya ketakwaan.
Tidak menganut philosofy penghambaan manusia oleh manusia.
SCENE 3
Bulan Muharram tanggal 25 tahun 14 Hijrah, tepatnya tiga bulan setelah
perang Yarmuk dibawah Khalid Bin Walid, terjadilah Pertempuran
Qadisiyyah yang dipimpin oleh komandan Saad bin Abi Waqqash. Itulah
titik akhir dua peradaban besar Romawi dan Persia. Khalid menuntaskan
Pasukan Romawi, Heraklius di Yarmuk sedangkan Saad menyelesaikan Dinasti
Kisra, Yazdagir III. Dalam kalender Gregorian/Masehi tahun itu adalah
tahun 636, sebuah kombinasi angka yang bisa saling saling membagi habis
diantara mereka.
Sejak Muharram 14 Hijrah itulah panji Islam
menyeruak membahana mengisi dunia dengan sebuah peradaban baru,
peradaban kesetaraan antar manusia, keadilan bagi laki dan perempuan
serta perimbangan antara duniawi dan ukhrawi. 1,421 tahun sudah berlalu,
peristiwa herois Yarmuk dan Qadisiyyah itu, kini Muharram tahun 1435
ini kita perlu mengangkatnya kembali, membersihkannya dari lumpur-lumpur
keterpurukan kita.
Tentu kita merindukan sebuah snapshoot yang
ditulis oleh Barnaby Rogerson tentang catatan harian seorang pendeta
yang mengisahkan bahwa ketika Pasukan Saad bin Abi Waqqas menyebrangi
Sungai Eufrat . . ." disisi sungai itu pasukan muslim telah disambut
meriah oleh rakyat yang sudah lama tersiksa oleh dinasti Romawi dan
Persia. Mereka yakin dan berteriak teriak Divana ... divana ... divana
[malaikat] mengelu-elukan pasukan yang akan menyelamatkan mereka".
SCENE 4
Pada pertengah tahun 1492 Masehi, bersinggungan dengan tahun 898
Hijriah, Raja Ferdinand V mengepung Granada selama tujuh bulan. Ia
berhasil menguasai kota Malaga –kota pelabuhan terkuat di Andalusia,
lalu Guadix dan Almunicar, Baranicar, dan Almeria. Basis kerajaan Bani
Ahmar, Granada, pun akhirnya tunduk, tepatnya tepatnya pada Bulan
Muharram 897 H. Khalifah Abu Abdullah menyatakan menyerah. Namun Raja
Ferdinan ingin membuat sebuah momentum, maka serah terima dilakukan pada
tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Kota Granada diserahkan
oleh Abu Abdillah di halaman Istana Alhambra. Istana merah semerah pita
sejarah yang melilit di atas dahi Ummat Islam.
SCENE 5 dst!
KINI Muharram sudah datang lagi ...tulisan, gambaran dan ukiran seperti
apa yang hendak kita buat di atas halaman sejarah kita yang membentang
di hadapan mata?
Hari ini, kami di Nurul Haramain kedatangan
seorang tamu yang tidak biasa, beliau adalah Prof Dr. Azyumardi Azra.
Beliau adalah salah satu ilmuwan yang dianggap naif karena berkeyakinan
bahwa Panji kejayaan Islam akan dimulai dari Nusantara. Kenaifan itu
karena melihat kondisi Muslim Nusantara, terlebih Indonesia sepertinya
gelap dan tidak menjanjikan.
Buku di tangan saya ada buku yang
berjudul The Diary of Dajjal, karya Noreaga & Achernahr, Phoenix
Publishing Project, buku itu memuat Sacred Geometry dan daftar 188 titik
pusat energy peradaban dajjal. Saya angkat rangka-rangka yang terbentuk
oleh garis-garis saling silang bersinggungan yang membentuk 188
potongan2 itu, lalu saya letakkan titik pusatnya di Makkah . . .Ternyata
sebuah garis diagonalpun tepat berada diatas Ka'bah dan membentang
melintasi Samudra Passai, Palembang, Demak dan Lombok. Subhaanallah.
apakah ini kebetulan saja? Saya ragu.
Akhirnya saya I-pad dan
membuka Google Map untuk mencari posisi Qiblat. Dari Makkah ke Indonesia
muncul pemberitahuan arah South East, sedangkan dengan posisi terbalik
dari Lombok Ke Ka'bah muncul pemberitahuan arah North West. Ahh gumam
saya semakin ingin tahu .
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Narmada, 3 Muharram 1435 H / 8 November 2013 M