POROX POROX MOMOT: 22 [ Paus Masuk Islam di Dalam Kubur]

Adaaa aja, Mr Benson Bobrick menulis sebuah buku hasil riset panjang berjudul:
" The Caliph's Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad ". Buku ini bicara panjang lebar tentang Khalifah Harun Al Rashid yang berkuasa tahun 786 - 809 M. beserta seluruh pesaing-pesangnya di seluruh dunia pada saat itu.

Kebetulan [ini meman betul betul sebuah kebetulan] Harun Al Rashid bersamaan berkuasa dengan Kaisar Romawi Barat Charlemagne yang Agung th 799 yang juga di kenal dengan julukan Charles I atau Charles The Great. Keduanya bersahabat dan sekaligus saling pamer kekuasaan. Tapi seperti cerita Benson, Charlemagne hanya bagaikan bintang berbanding bulan jika disandingkan dengan Harun. Demikian pula perbedaan antara Roma berbanding Baghdad laiknya sebuah dusun berbanding kota metropolitan. Sepanjang kiri kanan Roma, kala itu masih kumuh dengan kandang2 babi di sana sini sedangkan baghdad sudah bermandikan cahaya dan bahkan dilengkapi dengan hotel2 dan pemandian umum yang cantik dan bersih.

Konon, kata Bobrick, Charlemagne mengirimkan pakaian2 termahal yang dia punya kepada Harun Al-Rashid di Baghdad. Ketika hadiah itu dibuka dan dipamerkan, semua penghuni Istana Harun menutup mulut melihat kain-kain kusut yang nampak lucu. Namun sebagai bentuk penghormatannya, Harun membalas Hadiah itu dengan berkwintal2 pakaian sutra halus buatan China. Ada lagi sebuah hadiah yang masih tersimpan saat ini i museum London: Sebuah jam weker dari emas berhiaskan air mancur yang berputar secara otomatis. Setiap weker menunjukkan jam, ada patung seekor singa yang menyembul dari dalam air. tentu saja jam weker itu menggemparkan seantero Italia dan menjadi tontonan pembesar Istana.

Yang paling mengesankan adalah sepotong jubah kebesaran terbuat dari sutra putih mengkilat yang khusus dikirimkan oleh Harun Al-Rashid kepada Paus Santo Leo III. Saking karena senangnya dengan jubah kebesaran itu, ia minta dipakaikan pada tubuh Paus Santo Leo III ketika dia meninggal dunia.

Kegemparan terjadi justru beratus-ratus tahun setelahnya, ketika mayat Paus itu diangkat kembali untuk memperbaiki kuburnya, jubah itu masih utuh dan di kerahnya yang lebar ada tertulis " La ilaaha illa Allah".

Bobrick memang tidak menjelaskan langusung mengapa hal itu bisa terjadi, namun dari hasil penelitiannya sudah jelas menyatakan bahwa pastinya Charlemagne buta huruf. Jangankan membaca tulian Arab. Tulisan Latin saja dia tidak bisa. Rupanya Tulisan itu mereka kira hanyalah sebuah hiasan saja. Tak tahu membacanya apalagi artinya padahal dia dijuluki The Great.

Kita tidak tahu apakah di alam barzah, Harun Al-Rashid, Charlemagne dan Paus Santo Leo III sempat saling komplain atau tidak. Yang pasti kerah jubah kain kafan Paus itu memang ada tulisan kalimah syahadat itu.
POROX POROX MOMOT: 22
[ Paus Masuk Islam di Dalam Kubur]


Adaaa aja, Mr Benson Bobrick menulis sebuah buku hasil riset panjang berjudul:
" The Caliph's Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad ". Buku ini bicara panjang lebar tentang Khalifah Harun Al Rashid yang berkuasa tahun 786 - 809 M. beserta seluruh pesaing-pesangnya di seluruh dunia pada saat itu.

Kebetulan [ini meman betul betul sebuah kebetulan] Harun Al Rashid bersamaan berkuasa dengan Kaisar Romawi Barat Charlemagne yang Agung th 799 yang juga di kenal dengan julukan Charles I atau Charles The Great. Keduanya bersahabat dan sekaligus saling pamer kekuasaan. Tapi seperti cerita Benson, Charlemagne hanya bagaikan bintang berbanding bulan jika disandingkan dengan Harun. Demikian pula perbedaan antara Roma berbanding Baghdad laiknya sebuah dusun berbanding kota metropolitan. Sepanjang kiri kanan Roma, kala itu masih kumuh dengan kandang2 babi di sana sini sedangkan baghdad sudah bermandikan cahaya dan bahkan dilengkapi dengan hotel2 dan pemandian umum yang cantik dan bersih.

Konon, kata Bobrick, Charlemagne mengirimkan pakaian2 termahal yang dia punya kepada Harun Al-Rashid di Baghdad. Ketika hadiah itu dibuka dan dipamerkan, semua penghuni Istana Harun menutup mulut melihat kain-kain kusut yang nampak lucu. Namun sebagai bentuk penghormatannya, Harun membalas Hadiah itu dengan berkwintal2 pakaian sutra halus buatan China. Ada lagi sebuah hadiah yang masih tersimpan saat ini i museum London: Sebuah jam weker dari emas berhiaskan air mancur yang berputar secara otomatis. Setiap weker menunjukkan jam, ada patung seekor singa yang menyembul dari dalam air. tentu saja jam weker itu menggemparkan seantero Italia dan menjadi tontonan pembesar Istana.

Yang paling mengesankan adalah sepotong jubah kebesaran terbuat dari sutra putih mengkilat yang khusus dikirimkan oleh Harun Al-Rashid kepada Paus Santo Leo III. Saking karena senangnya dengan jubah kebesaran itu, ia minta dipakaikan pada tubuh Paus Santo Leo III ketika dia meninggal dunia.

Kegemparan terjadi justru beratus-ratus tahun setelahnya, ketika mayat Paus itu diangkat kembali untuk memperbaiki kuburnya, jubah itu masih utuh dan di kerahnya yang lebar ada tertulis " La ilaaha illa Allah".

Bobrick memang tidak menjelaskan langusung mengapa hal itu bisa terjadi, namun dari hasil penelitiannya sudah jelas menyatakan bahwa pastinya Charlemagne buta huruf. Jangankan membaca tulian Arab. Tulisan Latin saja dia tidak bisa. Rupanya Tulisan itu mereka kira hanyalah sebuah hiasan saja. Tak tahu membacanya apalagi artinya padahal dia dijuluki The Great.

Kita tidak tahu apakah di alam barzah, Harun Al-Rashid, Charlemagne dan Paus Santo Leo III sempat saling komplain atau tidak. Yang pasti kerah jubah kain kafan Paus itu memang ada tulisan kalimah syahadat itu.