[BACA SEJARAH YOOK?!: 2] CICAK DAN SIUL PERKUTUT DI PENJARA BANCEUY
CICAK DAN SIUL PERKUTUT DI PENJARA BANCEUY
Masuk-keluar penjara bagi Sukarno adalah konsekuensi perjuangan.
Penjara Banceuy adalah satu kisah tersendiri dalam perjalanan hidup
pahlawan proklamator kita.
Aktivitas politiknya bersama wadah
PNI telah menyeretnya ke jerat hukum, hukum Hindia Belanda tentunya! la
dituding atau tepatnya diskenariokan sebagai provokator yang sedia
melakukan pemberontakan. Bahkan lebih parah dari itu, ia dituding hendak
menggulingkan pemerintahan Sri Ratu di Hindia Belanda. Pendek kata:
Makar!
Dalih itu pulayang dijadikan pembenar bagi Belanda untuk
menyergap, menggerebek, dan membekuk Sukarno dan kawan-kawan
seperjuangan. Ia sama sekali tidak menyangka, tanggal 29 Desember 1929
adalah hari nahas baginya. Tanggal ia diringkus polisi untuk kemudian
dijebloskan ke Penjara Banceuy.
Penangkapan atas diri Sukarno,
sebenarnya hanya soal momentum. Sebab, kabar tentang rencana pemerintah
Hindia Belanda akan membekuk aktivitas politik Sukarno, justru sudah
santer terdengardi Belandasana. Kabar itupun, bahkan sudah hinggap di
telinga Bung Karno, melalui kabar mulut kemulut yang membentang
sepanjang Belanda, Hindia Belanda.
Tak sedikitpun menggoreskan
rasa resah dan takut. Sukarno terus saja melakukan gerakan-gerakan
prokemerdekaan. Seperti menjelang hari nahas itu, ia tengah Sel nomor 5
tempat Bung Karno berada di perbatasan Yogya-Solo, dipenjara.
untuk suatu rapat pergerakan. Rapat itu begitu khidmat, terlebih karena
beberapa harise selumnya, empat orang pejuang kemerdekaan baru saja
dihukum gantung di Ciamis, JawaBarat.
Salah seorang terpidana
mati, bahkan sempat menyelundupkan sepucuk surat buat Bung Karno. Bunyi
surat itu, "Bung Karno, besok saya akan menjalani hukum gantung. Saya
meninggalkan dunia yang fana ini dengan hati gembira, menuju
tiang-gantungan dengan keyakinan dan kekuatan batin, oleh karena saya
tahu bahwa Bung Karno akan melanjutkan peperangan ini, yang juga
merupakan peperangan kami. Teruslah berjuang, Bung Karno, putarkan
jalannya sejarah untuk semua kami yang sudah mendahului sebelum
perjuangan ini selesai. "
Rapat politik berlangsung hingga di
ujung malam. Konsolidasi pergerakan makin matang. Bung Karno pada rapat
itu untuk pertama kalinya melontarkan isu "Perang Pasifik". Ya, isu
"Perang Pasifik" yang kesohor, yang baru terjadi tahun 1945. Tentang isu
ini, cukup menarik dan patut menjadi sebuah serpihan sejarah
tersendiri. Nanti.
Dan kini, kita kembali ke ujung malam,
sesaat setelah rapat itu berakhir. Sukarno dan sejumlah kawan pergerakan
menginap di rumah Suyudi. la adalah aktivis PNI yang berprofesi sebagai
pengacara. Rumahnya hanya berjarak beberapa kilometer saja dari tempat
pertemuan, tetapi sudah masuk wilayah KasultananYogyakarta. Sebelum
merebahkan tubuh yang letih, Sukarno sempat melirik arloji ditangan.
Jarum menunjuk angka satu.
Belum genap empat jam mata
terpejam, mata Sukarno terbuka, tidur terusik suara gaduh di luar. Tak
kurang satu peleton polisi Belanda mendatangi rumah Suyudi. "Inikah
rumah tempat pemimpin revolusioner menginap?" menyalak tanya seorang
opsir Belanda. "Ya, inilah tempatnya, " terdengar suara menyahut tanpa
gentar.
Segera terdengar perintah mengepung sekeliling rumah
dan menjaga setiap daun pintu yang terkunci. Lalu, dari arah depan
terdengar suara gebukan pintu memecah subuh yang hening. Begitu kuat dan
kerasnya hantaman itu, sehingga hanya dalam hitungan detik, pintu
terkuak paksa.
Sukarno yang mencermati keadaan dari semula,
hanya duduk di tepi ranjang. Sedikit gemetar. Bukan gemetar karena
gentar. Gemetar karena degup jantung yang memburu, terbangun di saat
rasa penat belum sepenuhnya enyah, serta bekapan bayangan nasib yang tak
pasti. Satu-satunya kepastian yang terhidang di hadapannya adalah,
kepastian dirinya akan ditangkap polisi.
Sukarno dan sejumlah
aktivis lain seperti Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata
di-gelandang polisi. Mereka dikawal ke ruang tahanan sementara di
Mergangsan, menanti jam keberangkatan kereta api menuju Bandung. Langit
Yogya sudah gelap, ketika para tawanan politik ini dikawal ketat menuju
stasiun. Sesampai di sana, mereka dimasukkan gerbong khusus, dalam
rangkaian kereta api uap tujuan Bandung.
Sejurus waktu, roda
besi menggelinding di bantalan jalan besi, menimbulkan derak-derik suara
khas kereta makin keras dan makin cepat, hingga mencapai kecepatan
konstan dan menimbulkan suara monoton. Selama 12 jam perjalanan, Bung
Karno dilarang berbicara. Ya, tidak boleh berbicara kepada siapa saja,
kecualipermisi ketoilet. Berbicara kepada diri sendiri pun dilarang.
Alhasil, selusin jam perjalanan dilewatkan Bung Karno dengan diam,
tertidur, dan melamun. Namun sebagian besar di antaranya dihabiskan
untuk memandangi wajahpolisi Belanda yang pandir, yang mengawal ketat
dengan ekspresi wajah dingin cenderung bengis.
Bersamaan
dengan merekahnya pagi 30 Desember 1929, Bung Karno dan kawan-kawan
diturunkan di Cicalengka, 30 kilometer sebelum Bandung. Tujuannya jelas,
untuk menghindari ketegangan yang mungkin timbul di sekitar stasiun
Bandung, akibat aksi pendukung Sukarno. Perjalanan Cicalengka-Bandung
ditempuh kurang dari 60 menit, hingga kendaraan berhenti di depan sebuah
bangunan bertuliskan: Rumah Penjara Banceuy.
Penjara yang
didirikan tahun 1898 oleh pemerintah Hindia Belanda dan difungsikan awal
abad ke-19 itu, kondisinya kotor, bobrok, dan tua. Didalamnya terdapat
dua bagian sel, masing-masing untuk tahanan politik, dan tahanan
"pepetek". Sebuah sebutan untuk rakyat jelata.
Sukarno sebagai
tahanan politik, menempati Blok F kamar nomor 5. Teman seperjuangan,
Gatot di sel 7, Maskun disel nomor 9, dan Supriadinata di sel nomor 11.
Lebar sel yang ditempati Sukarno hanyalah 1,5 meter persegi, yang
separuhnya sudah terpakai untuk tidur. Sel itu tak berjendela, pengap,
berpintu besi, dengan lubang kecil yang hanya bisa dipakai mengintip
lurus kedepan. Sukarno merasakan "kuburan" Banceuy begitu lembap, pekat,
dan melemaskan.
Teman Sukarno selama delapan bulan disekap di
Banceuy hanya cicak-cicak didinding. Ketika jatah makanan diantar, ia
akan berbagi nasi dengan cicak-cicak itu. Dibilang "berteman", karena
jalinan pertemanan itu begitu intens dan intim, sehingga tidak ada lagi
rasa takut dari binatang merayap itu. Cicak-cicak itu dengan tenang
turun dan menghampiri ujung jari Sukarno yang berisi butiran-butiran
nasi, lalu menyantapnya dengan sekali sergap. Kemudian datang cicak yang
lain, dan Bung Karnopun sudah menyiapkan satu butir nasi yang lain
pula.
Selain cicak, "teman" Sukarno adalah bayangan-bayangan
gaib yang hingga ajalnya, Sukarno sendiri tak pernah bisa memecahkannya.
Ada dua kegaiban yang ia rasakan selama delapan bulan mendekam di sel
Banceuy. Pertama, bayangan yang senantiasa muncul ketika ia merebahkan
diri dan memejamkan mata. Pada saat itu, tangan kanannya membesar. . .
membesar. . . kian besar. . . dan makin besar . . . bahkan serasa lebih
besar dari ruang sel itu sendiri. Kemudian secara perlahan berangsur
mengecil. . . mengecil. . . makin kecil. . . dan kecil . . . hingga ke
ukuran normal. Membesarnya tangan kanan, hanya bisa diduga sebagai satu
perlambang akan besarnya kekuasaan yang ada pada tangan Sukarno di kelak
kemudian hari. Entahlah.
Kedua, bayangan tak berwujud. Bung
Karno mendengar suara siul burung perkutut. Ini tentu ganjil, mengingat
penjara Banceuy terletak dipusat kota Bandung. Tidak ada burung jenis
perkutut hidup di sekitar penjara. Anehnya, ketika malam telah larut,
suasana sunyi senyap, Sukarno mendengar suara burung perkutut, bersiul,
menyanyi, begitu jelas hingga seolah ia rasakan ada dipangkuannya.
Anehnya, tak seorangpun penghuni Banceuy pernah mendengarnya,
kecualiSukarno.
Cicak-cicak didinding, bayangan tangan kanan
meraksasa, serta siul burung perkutut di ujung malam, adalah
"sahabat-sahabat" Sukarno melewati hari-hari yang berat di Penjara
Banceuy.
***
DARI BUKU:
ROSO DARAS: “ TOTAL BUNG KARNO Serpihan Sejarah yangTercecer “
[BELILAH BUKU ASLI]
Penerbit Imania
Ki Town House Blok H
Jl. Raya Limo, Depok 16515
Telp (021) 753 1711, Faks. (021) 753 1711
E-mail:etera_imania@yahoo. com
Website:www. pustakaiman. com
Didistribusikan oleh Mizan Media Utama (MMU)
Jl Cinambo (Cisaranten Wetan) No. 146
Ujungberung, Bandung 40294
Telp. (022) 781 5500, Fax. (022) 780 2288
E-mail:mizanmu@bdg. centrin. net. id