MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 1 [Tanpa]AirAsia : Mengapa Murah?

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hal pertama yang mengesankan saya pada AirAsia adalah ketika orang-orang NTB sudah sangat gregetan kepada Garuda yang tidak mau mendukung internasionalisasi Bandara Internasional Lombok, padahal namanya sudah terang benderang bertarap internasional.

Saat itu, 1 Oktober 2011, hari peresmian BIL oleh Pak SBY, FDMN tidak mau ketinggalan ikut membuat acara menanam pohon di areal bandara yang masih kering kerontang sebagai bentuk kesyukuran karena akhirnya keinginan kita tercapai "BIL beroperasi".

Banyak kasus2 aneh mengiringi semua itu, namun yang menjadi sumber kebahagiaan adalah dari jauh sana, sebuah perusahaan penerbangan secara meyakinkan telah memasang iklan dan baliho di sekujur Pulau Lombok bahwa mereka akan segera membuka route BIL - Kuala Lumpur. Yang mencengangkan adalah harga tiketnya mulai dari 150 ribu rupiah saja. "Dengan Air Asia semua orang bisa terbang", begitulah slogannya. Dan memang betul.

Warga FDMN menyambut tantangan itu dengan merancang kunjungan muhibah ke Malaysia dan tak tanggung-tanggung seratus orang lebih calon peserta segera membuat passport dan menyerahkan uang pembelian ticket. Tapi hukum dagang segera berlaku "karena banyaknya peminat harga merambat naik" dan mencapai Rp. 1,200,000.- one way.

Kali ini saya harus ke Malaysia dan hanya AirAsialah yang melayani route BIL - KL PP. tanpa transit. Oke saya naik, dan membayar Rp. 2,400,000 pergi -pulang. Saya tak perlu banyak omong karena yang membayarnya adalah Panitia Seminar Universitas Petronas.

Satu demi satu, alasan mengapa terbang dengan Air Asia menjadi murah, mulai terjawab:
(1) Saat antri naik pesawat, biasanya kita dipotong oleh gerombolan pilot dan crew yang baru, dengan pakaian seragam necis2, koper2 keren dan langkah dipercepat sambil minta maaf untuk diberikan jalan lebih dahulu. Di Air Asia, pilot dan crew tidak bergantian seperti itu.

(2) Ketika masuk pesawat, kita berpapasan di tangga dengan penumpang yang baru turun. Artinya pesawat tidak membayar biaya parkir. Saat sudah di dalam pesawat kita bisa melihat bahwa pramugari juga merangkap sebagai cleaning service. Tidak ada kelas-kelasan, semua kursi sama dan tentu saja dibuat sesempit mungkin;

(3) Di sini juga berlaku seperti "Lion tanpa air" so juga "Tanpa AirAsia". Ada lapak jualan mondar mandir, cuma bedanya kalau di Lion Tanpa air barang-barang jualan tidak ramah lokal. Di Tanpa airasia barang jualannya seperti Nasi Lemak Pak Nasir, Mi Goreng Mamak, camilan-camilan produk rumah tangga masy. Malaysia sendiri.

(4) Turun dari pesawat tidak ada angkutan yang mengantar ke gedung kedatangan. Semua jalan kaki walaupun cukup jauh.

Masih ada argumen mengapa terbang dengan "tanpa airasia bisa murah". Tapi tulisan ini sudah sangat panjang, maka saya potong sebagai bahan untuk tulisan bagian ke dua. he he he

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kuala Lumpur, 14 Nov 2013