MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 10 [Ini Yang Terakhir Deh]

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Para sufis sering kali membuat orang-orang yang pendek fikir jatuh terjengkang dan menggigit lidah sendiri. Bayangkan nasehat ini: "Hindarkanlah dirimu dari nasehat". Bisa ditebak bahwa anasir nyeleneh kayak ginilah yang membuat para penganut mazhab pragmatis dan textual berteriak marah dan lantang: "Zindik, munafik, kafir de el el . . . kaum sufi itu". Nasihat itu inti agama, kok malah disuruh menghindarinya?

Saya tahu, membeli buku di lapak ruang tunggu pesawat adalah musibah, namun mampukah anda menahan penasaran ketika melihat judul sebuah buku: "PERSETAN DENGAN NASEHAT2 INDAH" Apalagi penulisnya adalah George Lois, penulis kawakan penerbit paling spektakuler, Phaidon?. Penerbit super kritis yang tidak sudi menerbitkan tulisan yang tidak bakal menjadi best seller.

$35.90 atau Rp. 394,900.- untuk sebuah buku berukuran kecil dengan hanya 125 halaman saja adalah harga yang kelewat mahal. Berulang kali saya lepas ambil, lepas ambil dan lepas ambil sambil meraba kantong untuk menebak sisa dollar di dalam kantong. Stimulus dari dalam amigdala saya menyemburkan sinyal dan masuk kedalam new-cortex kemudian merangkum sebuah tanda tanya: "Ada koneksitas macam apa antara para sufis dengan dunia materialistis? Bisa-bsanya statement mereka sama?". Di bagian bawah judul buku itu ada tulisan kecil di dalam kurung (For people with talent ! = maksudnya Buku ini diperuntukkan untuk mereka yang super berbakat)

... Oh saya mengerti sekarang, bahwa judul sebuah buku, sebelum dicetak haruslah melalui masa inkubasi yang cukup dengan melibatkan editor, psikolog, antropolog, philosof, ekonom sampai para seniman dengan segenap aliran-alirannya.

Saya harus beli buku ini, berapapun harganya karena tidak mungkin diriku ini akan menanggung sebentuk cibiran dan hinaan dari dalam diriku sendiri bahwa aku tidak punya TALEN !. Jadi apakah yang kubeli sebenarnya: Buku atau harga diri?

"Creativity can solve almost any problem" Itu baru lembar pertama. Clip-clip problema yang sulit dipecahkan kemudian berkelebat di kepala saya. "Nah ini jawabannya", teriak saya tapi tanpa suara, khawatir diketawain oleh para TKI yang menjejali ruang tunggu pesawat sambil memainkan hp-hp baru yang mereka bawa untuk jadi oleh-oleh di kampung halaman.

Selanjutnya.... ini... "Kreatifitas dapat menghancurkan halangan sampai tuntas" Wouw dan " Overcomes everything" ...terbayarlah sudah harga buku itu.

Saya tidak akan menceritakan bagaimana AirAsia dengan konsep ekonomi adds-onnya, menarik tarif-tarif tambahan baik dari kelebihan bagasi maupun aneka barang pernak-pernik yang ditaja dalam buku infligh magazinesnya.

Sesampai di Lombok, saya harus mengakali sisa uang untuk membeli oleh-oleh, tentu saja oleh-oleh favorit untuk bahan diskusi, buku. Saya segera meluncur ke Toko Buku Dunia Ilmu Ampenan dan dapat sebuah judul yang mirip "Kreativitas, jalan baru pendidikan Islam". Jelas sekali buku ini punya konektivitas sepenuhnya dengan buku mahal yang saya beli tadi di Bandara Sulthan Iskandarsyah, Kuala Lumpur. Bedanya harganya yang cuma Rp. 35,000.- alias $3 kurang. Inilah bukti kasus bahwa kemasan dan tempat menentukan harga.

Sebelum kaki menginjak halaman rumah, kedua buku itu sudah selesai saya baca dan amboooooy..baru saya sadari bahwa penulis buku kedua itu adalah seorang Professor, guru besar kelahiran asli Lombok HM. Taufik, di lembar terakhir diterakan alamat lengkap termasuk jalan, lorong, nomor hp dan e-mail sang penulis dengan bakat terpendam itu: Jln Semangka No 12, Sukaraja Timur, Ampenan. Hp. 08175790625, taufik_hm25@yahoo.com

Cling...! Sebuah message datang di Facebook, sebelum tulisan ini saya buat, dari Muhammad Safwan ada kiriman link menuju sebuah buku berjudul : Kejujuran Kunci kemakmuran NTB. Begitu selesai membacanya, langsung saya ketikkan replay: "Tolong kirimkan sepuluh eksemplar, harga dan ongkos antar saya bayar di tempat.

Kini fikiran saya sudah plong karena sedari seminggu lalu ketika membaca dua buku tentang kreativitas di atas, serasa ada yang tersisa dan belum terjawab, dan saat ini telah beres dan menjadi sebuah kesimpulan bulat "Kejujuran dan Kreativitas".

Randy Gage berkata: Mereka yang gagal adalah mereka yang tidak jujur pada dirinya sendiri sehingga mereka tidak mau membayar harga keinginannya dengan harga yang pantas. Elizabeth Gilbert dalam Eat, Pray & Love juga menegaskan bahwa seseorang harus bertanya kepada dirinya sebelum melakukan sesuatu :
1. "Betulkah aku ini mau?",
2. "Betulkah aku ini mau?",
3. "Betulkah aku ini mau?",
4. "Betulkah aku ini mau?",
5. "Betulkah aku ini mau?",
6 "Betulkah aku ini mau?",
7. "Betulkah aku ini mau?",
8. "Betulkah aku ini mau?",
9. "Betulkah aku ini mau?",
10. "Betulkah aku ini mau?", minimal sepuluh kali atau lebih banyak, lebih baik. Dan jawablah dengan jujur. Jika jawabannya "ya" maka yakinlah bahwa kreativitas akan muncul dengan sendirinya untuk mengantarkan anda meraih keinginan itu.

Epilog dari perjalanan saya 3 hari ke Malaysia itu adalah SATU, Faktanya mereka lebih maju; DUA sebuah refleksi betapa Rakyat Negara Tetangga kita itu lebih jujur dalam berkemauan dan mengerjakan kemauan mereka. Itulah yang melahirkan kreativitas, saling dukung dan saling hargai. Apalagi kalau diproyeksikan dengan keseharian masyarakat kita di NTB yang lebih banyak saling menghujat ketimbang saling menghargai, saling menyalahkan ketimbang saling memaafkan. Ada saja salah saudara yang terasa pantas untuk diobok-obok padahal belum tentu yang ngobok-obok lebih baik apalagi lebih berprestasi. Shadaqollahul Aziim.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Narmada, 28 November 2013


MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 7 Menyatukan Bangsa Serumpun

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 7
Menyatukan Bangsa Serumpun

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb....

Unity is strength, Persatuan adalah kekuatan. Semua orang tahu itu sehingga persatuanlah yang paling penting untuk dijadikan entry point bagi pembangunan sebuah peradaban.

Sebagai conqueror, imprialis Erofa sedari awal sudah berupaya meminimalisir kemungkinan persatuan bangsa Asia Tenggara, Nusantara dengan cara membagi-bagi wilayah penjajahan: Malaya - Inggris, Indonesia-VOC Belanda, Philippina - Spanyol, Timtim - Portugis. Ratusan tahun masa asimilasi dengan kebudayaan penjajah maka setelah merdeka, bangsa-bangsa tersebut sudah memiliki tradisi dan budaya yang terwarnai oleh penjajah masing-masing sehingga sulit dipersatukan kembali.

Sulit, memang tetapi bukan berarti tidak mungkin. Terlebih dengan datangnya trend Globalisasi yang dijuluki The Clash of Civilization Era, dimana bangsa-bangsa yang ingin memenangkan percaturan kekuasaan dunia selalu berupaya melemahkan bangsa lain yang hendak dikuasainya.

Saya bersyukur karena setiap ada kesempatan menyaksikan layat TV, selalu saya temukan channel yang berupaya membangun dialog yang dapat menyatukan Rakyat Malaysia dan Indonesia. Antar perguruan tinggi seminar-seminar antar bangsa serumpun juga semakin gencar dilaksanakan, demikian pula pertukaran guru dan pelajar. Tahun delapan puluhanpun sudah ada program TVRI dengan RTM bertajuk "Titian Muhibah".

Apa yang kami lakukan saat ini adalah membangun saluran baru yaitu menjalin kerjasama people to people, pesantren to pesantren, Ormasy to Ormasy yang dikemas dalam bentuk kampanye penyelamatan ecology Asean dan Charity / Voluntarism. Idealisasinya adalah munculnya kesadaran dus juga gerakan bersama anak bangsa Asean untuk menghadapi globalisasi untuk dapat saling mendukung dan turut memberi manfaat bagi dunia.

Pada saat yang bersamaa Pondok Pesantren Nurul Haramain bergandengan dengan Universitas Teknologi Petronas, IAIN Mataram dengan Islamic University Of Malaysia sedangkan Unram menjalin kerjasama dengan Universitas Malaya. Jadi, NTB juga tidak tinggal diam. Semoga membawa manfaat. Amiin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
UTP Negeri Perak, 17 Nov 2013

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 6 Pengelolaan Perjalanan Hajji

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 6
Pengelolaan Perjalanan Hajji

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pengelolaan perjalanan jamaah hajji yang baik, benar dan jujurlah yang pada akhirnya menentukan performa organisasi perhajjian kedua negara negara ini: Indonesia dan Malaysia.

Selain kejujuran, ada juga sisi lain yang cukup menentukan yaitu pilihan strategi mulai dari (1) tata kelola keuangan, (2) pengaturan waktu dan (3) pembagian kerja para petugas.

Malaysia memilih mendirikan lembaga Tabung hajji yang langsung berperan sebagai Bank khusus yang menampung seluruh dana jamaah hajji yang disetorkan dengan demikian mereka bisa mandiri dalam negosiasi harga dengan perusahaan transportasi, akomodasi hotel dan perumahan. Denga prinsif pre-paid mereka mendapatkan layanan yang terbaik dan termurah. Untuk dana yang belum terpakai, mereka dengan leluasa membangun bidang-bidang usaha perbankan, perkebunan, perhotelan, konstruksi sampai mall-mall dan retail. Seluruh keuntungan dibagikan kembali kembali kepada calon jamaah dan masyarakat muslim Se-malaysia. Jutaan hektar kebun kelapa sawit dan karet mereka miliki, ribuan bank dan rahn serta pertokoan dan perhotelan yang akan memberikan profit selama mereka tetap eksis.

Sedangkan Indonesia memilih untuk menggunakan bank-bank milik pihak lain, dalam dan luar negeri, Pemerintah maupun Swasta sehingga dalam bernegosiasi sangat terikat dengat mitra-mitra itu. Sisa uang yang belum terpakai dijadikan Sukuk dengan keuntungan yang diprosentase sesuai dengan perjanjian. Tentu ini adalah sistem yang menyediakan celah untuk Kong kali Kong alias Cingcae-laa. Lembaga mitra [bank-bank] mendapat uang segar untuk membiayai pihak-pihak yang tidak jelas manfaatnya bagi ummat Islam [si pemilik uang]. Pintar Mana?

Dalam pengaturan waktu, karena ini terkait dengan jumlah kuota dari Pemerintah Saudi Arabia maka Indonesia mendapat kelebihan karena prosentase jumlah rakyatnya berlipat kali dari rakyat malaysia, Masa tunggu calon jamaah hajji di Indonesia sampai saat ini sekitar 12 tahun, sedang Rakyat Malaysia harus menunggu 45 tahun lebih untuk mendapatkan giliran. Untuk menyiasati hal ini lembaga Tabung Hajji Malaysia membagi divisi menjadi divisi dalam negeri yang ditangani oleh petugas rutin Tabung hajji sendiri [mirip kementerian Agama seksi hajji] dan Petugas Luar Negeri [ini mirip Tenaga Musiman di pihak Indonesia]. Efisiensinya adalah petugas dalam negeri tidak ikut berangkat berhajji sehingga jatah jamaah tidak dikorbankan. Beda dengan Indonesia, selain petugas dalam Negeri ikut berangkat, para pengelola KBIH yang ribuan jumlahnya juga tidak ketinggalan dan tentu saja karena terkait dengan APBN dan APBD petugas dari Eksekutif, legislatif dan pemantau serentak ikut naik hajji , kembali lagi mengorbankan kuota jamaah. Cerdik mana?

Yang kelihatan lebih membanggakan dari Indonesia justru organisasi paska hajji. Di Indonesia para hajji membentuk IPHI dan IPHI inilah yang kemudian mendirikan bank, rumah sakit, mall dan berbagai usaha lain di dalam negeri sebagai upaya meraih dan mempertahan kemabruran hajji. Dalam hal ini, para Hajji Malaysia patut beljar dari Indonesia.

Dalam kunjungan saya ke Malaysia kali ini, saya sempatkan berkunjung ke Museum Negara Kuala Lumpur, dimana Lembaga Tabung Hajji menguasai beberapa lantai [terutama ground strory] untuk dijadikan Museum Pengalaman Hajji Malaysia dan Kantor Pusat Televisi Pendidikan dan Keluarga yang mereka kelola. Patutlah bagi kedua negara untuk saling belajar sehingga yang kurang dapat dibuang dan yang baik dapat ditiru.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kuala Lumpur, 18 Nopember 2013

Catatan: Dalam gambar RSI IPHI Surabaya dan Gedung Tabung Hajji Malaysia.

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 5 [Antara Cempedak dan Nangka]

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pak Cik Kosen, itu nama ayah angkat saya ketika dahulu (1986) tinggal di Endau, Mersing, Johor. Keturunan Jawa yang masih fasih njowo itu tidak pernah sekolah, tapi jagoan primbon dan Kuda Lumping.

Ketika baru sampai dirumahnya, Cik Kosen berpantun:
Buah nangka buah cempedak
Beza dikulit same di hati
Tiada kusangka jumpa awak
Senang sulit sampai mati

Begitulah pantun orang tua, makna dan sampirannya mengandung arti yang sangat dalam, sekali dengar sulit dilupa.

Cik Kosen lalu berkisah bahwa dahulu Semenjuang Malaya dan Indonesia menyatu namun ketika lempengan2 buminya nyaris terpisah, maka mereka bersepakat untuk membagi cempedak untuk Malaysia dan nangka untuk Indonesia.

Kesamaan Cempedak dan Nangka terletak pada hatinya yang sama-sama besar dan lembut. Bangsa-bangsa di dunia menjuluki mereka dengan "smily" karena mereka sanggup memberikan hati kepada siapapun yang rela hati menjadi tamunya.

Kini performan kedua bangsa itu juga mirip Cempedak dan nangka. Nangka lebih besar bobotnya, nyelekit rasanya namun aromanya tidak menyebar terlalu jauh, untuk hidup tidak memilih tempat dan berbuah sepanjang musim. Sedangkan cempedak lebih kecil badannya, semerbak baunya namun memilih-milih waktu dan tempat untuk hidup dan berbuah. Keduanya memang Asia namun yang Truly adalah si cempedak.

Ketika duduk kumpul dengan sahabat2 dari Malaysia, saya merasa nangka, dan mungkin saja mereka merasa diri cempedak, memang ada bedanya tapi hatinya toh sama saja. Coba perhatikan film kartun Upin & Ipin, jelas menggunakan bahasa Melayu, tapi tentu eman-eman untuk menerjemahkannya, sebab tidaklah terlalu banyak yang berbeda. Sedikit beda sekalian bisa jadi bumbu lelucon.

Di Philippina, film Upin dan Ipin sudah mulai ditayang di TV dan tentu saja tidak memerlukan terjemahan karena banyak kosa katanya yang mirip Bahasa Tagalok. Seorang kawan di Mindanao mengatakan bahwa film Upin dan Ipin dapat memicu hidup-kembalinya Bahasa tagalok yang sangat terdesak oleh bahasa Inggris maupun Spanyol. Sekalian mengingatkan bahwa bangsa Nusantara ini memang satu juga.

Bau cempedak memang merambat lebih jauh, tapi jika mau makan sampai puas, maka nagkalah jawabannya. Dua buah yang bersaudara saling menutupi dan saling melengkapi. Dulu, ketika hendak pulang ke Indonesia saya minta dibungkuskan biji-biji cempedak, Pak Cik Kosen bilang:

" Awak tak payah nak tanam cempedak kak Indonesia. Bile dah lame kak Indonesia, dia balik jadi nangke pulak = tidak usah repot2 menanam cempedak di Indonesia, karena lama-lama dia akan berubah jadi nagka lagi". Saya terperanjat dengan spontanitas Pak Cik Kosen. lalu saya tanya: "Bagaimana kalau nangka di tanam di Malaysia? Apakah akan berubah jadi Cempedak?"

Beliau menjawab jenaka: "Mana ada orang Malaysia mikir untuk menanam pohon selain Kelapa Sawit?"

Sayang disayang, 3 hari di Malaysia tidak memungkinkan saya menziarahi Pak Cik Kosen. Pun saya tidak tahu apakah beliau masih bisa melantunkan pantun-pantunnya yang jenaka atau sekarang sudah menatap kita dari alam lain dengan angle barzakhiyyah.

Satu lagi sikap pak Cik Kosen yang menggetarkan hati saya: Beliau langsung meradang ketika ada intrik-intrik yang berusaha memisahkan antara Indonesia dan Malaysia. Itulah yang menyebabkan banyak TKI kalau kepepet akan segera masuk rumah Cik Kosen. Polisi Malaysia tak punya nyali untuk melewati gerbang tanahnya yang luas di tepi laut itu. Semoga Cik Kosen sehat, aman, damai dan sejahtera dimanapun dia berada. Amiin

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Ipoh, Perak, Malaysia, 17 November 2013

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 4 Ambil kira : Sarang Setan di Twin Tower

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

"Ambil Kira" itu adalah peristilaahan Bahasa Melayu, yang jika dirunut padanannya bisa didapatkan pada seluruh bahasa, karena memang selalu ada unsur tak terjelaskan dalam dinamika hidup ini, oleh bahasa perbal kita. Rasulullah sering mangambil jalan pintas untk menjelaskan kepada para sahabat beliau tentang suatu perkara yang musykil dijelaskan dengan kata-kata; "Sal dlamiirok", tanya nuranimu. Orang Sasak Lombok juga punya istilah yang demikian " ilmu rak'i".

Se-sama-samanya bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu, namun dalam memilih ungkapan, kita harus mengunakan ilmu rak'i, karena banyak sekali fonem-fonem yang sama namun maknanya bertolak belakang i.e: BISA [racun, mampu], HARUS [boleh saja, wajib], JEMPUT [undang, bawa serta] ... sampai yang paling kontras adalah kata BUTUH yang dalam bahasa melayu berarti kemaluan lelaki padahal dalam bahasa Indonesia bermakna perlu. Maka ambil kira-lah ketika menggunakan bahasa Indonesia di depan saudara kita yang berbahasa Melayu.

Nah dalam lawatan saya kali ini, yang seperti biasanya pengunjung Malaysia lainnya, tentu tidak ingin melewatkan untuk memasuki sebuah keajaiban dunia modern di Kuala Lumpur yaitu Twin Tower atau Menara Kembar Petronas yang dalam struktus bahasa Melayu menjadi" Menara Berkembar".

Tak perlu saya membahas siapa Tatparanandam Ananda Krishnan (lahir 1938) seorang usahawan yang kedua terkaya di Malaysia dan menurut Forbes terkaya ke-138 di dunia. Pengusaha minyak, penternakan kuda bibit (di Australia), perjudian, studio kartun Hollywood, telekomunikasi, multimedia, perkapalan, tenaga, dan broker tanah inilah yang mula-mula membangun Menara kembar ini dan karena sesuatu 'entah apa maksudnya" dia meyakinkan Dr. Mahathir Muhammad agar Kerajaan Malaysia membeli gedung yang belum selesai itu dengan uang Petronas. Menara inipun akhirnya diselesaikan pembangunannya dan menjadi milik petronas yang menyandang namanya pula "Menara Berkembar Petronas".

Arsitek gedung ini adalah César Pelli dari Argentina dan memerlukan 7 tahun untuk menyelesaikan tugasnya [1981 - 1998]. Tentu saya bukan ahlinya untuk menganalisis sisi teknis dan material pembangunan gedung ini. Tapi ada sisi lain yang berkelebat dalam fikiran saya ketika memasuki lantai paling dasar di bawah tanah. Di sana ada Super Market Raksasa milik Penguasaha dari Jepang. Yang menurut fikiran saya memiliki nama SANGAT GANJIL " I-SETAN".

Tidak mungkin sebuah perusahaan besar tak memahami arti kata Setan dalam bahasa melayu dan tidak mungkin pula pengusaha professional akan TIDAK MENGAMBIL KIRA tradisi dan kultur melayu yang memahami kata setan sebagai musuh utama manusia [Innassyaithoona lakum 'Aduwwun Mubiin] dan lebih tidak mungkin pula kalau dikatakan bahwa tidak ada nama lain yang pantas selain nama SETAN itu.

Jika tambahan huruf "I" [dibaca ai] diperhatikan maka jawaban samar-samar mulai terlihat. Lebih-lebih ketika memperhatikan titik huruf "I" tidak diletakkan diatas hurufnya tetapi diposisikan pada margin puncaknya yang dengan tepat mengasosiasikan "mata satu" pada gambar piramida dalam lembaran uang kertas Dollar Amerika.

Saya ingat beberapa hari yang lalu saya telah menulis tentang The Diary of Dajjal yang menjelaskan tentang fakta adanya keyakinan tentang Sacred Geometry yang merupakan sebuah stratgegy Benteng Stelsell ala Freemasonry, bahwa ada 188 titik di bumi ini yang menjadi pusat-pusat energy dunia, dan jika ingin menguasai dunia maka titik itu harus dikuasai dan diletakkan gedung tinggi di atasnya. Saya yakin ancaman bom yang terjadi pada 12 September 2001, sehari selepas serangan 11 September meruntuhkan menara kembar World Trade Center di Raya New York adalah isyarat bahwa kecurigaan tersebut memang memiliki argumen yang kuat, sekalipun lebih bersifat metafisik. Jika Kishore Mahbubani mendiclare [dalam bukunya Asia The New Hemishfare] bahwa Superioritas Amerika akan berpindah ke Asia, maka keruntuhan WTC sudah tergantikan dengan telah berdirinya PTT, Petronas Twin tower.

Sungguh mencengangkan menyaksikan puluhan ribu orang yang keluar masuk Mall I-Setan, bahkan mereka rela antri panjang untuk berbelanja dan bergantian makan di restoran-restoran di dalamnya. Dalam hati saya bertanya adakah yang memiliki fikiran sama dengan saya dalam hal ini?

Karena tak ingin dibilang asal ngomong, maka saya sempatkan mengambil potho di depan Mall I-Setan itu untuk saya lampirkan dalam tulisan ini. Juga saya bermaksud agar pembaca tidak menuduh saya narsis. heem

Wallahushawab
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kuala Lumpur 14 Nopember 2013.
MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 4
Ambil kira : Sarang Setan di Twin Tower

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

"Ambil Kira" itu adalah peristilaahan Bahasa Melayu, yang jika dirunut padanannya bisa didapatkan pada seluruh bahasa, karena memang selalu ada unsur tak terjelaskan dalam dinamika hidup ini, oleh bahasa perbal kita. Rasulullah sering mangambil jalan pintas untk menjelaskan kepada para sahabat beliau tentang suatu perkara yang musykil dijelaskan dengan kata-kata; "Sal dlamiirok", tanya nuranimu. Orang Sasak Lombok juga punya istilah yang demikian " ilmu rak'i".

Se-sama-samanya bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu, namun dalam memilih ungkapan, kita harus mengunakan ilmu rak'i, karena banyak sekali fonem-fonem yang sama namun maknanya bertolak belakang i.e: BISA [racun, mampu], HARUS [boleh saja, wajib], JEMPUT [undang, bawa serta] ... sampai yang paling kontras adalah kata BUTUH yang dalam bahasa melayu berarti kemaluan lelaki padahal dalam bahasa Indonesia bermakna perlu. Maka ambil kira-lah ketika menggunakan bahasa Indonesia di depan saudara kita yang berbahasa Melayu.

Nah dalam lawatan saya kali ini, yang seperti biasanya pengunjung Malaysia lainnya, tentu tidak ingin melewatkan untuk memasuki sebuah keajaiban dunia modern di Kuala Lumpur yaitu Twin Tower atau Menara Kembar Petronas yang dalam struktus bahasa Melayu menjadi" Menara Berkembar".   

Tak perlu saya membahas siapa Tatparanandam Ananda Krishnan (lahir 1938) seorang usahawan yang kedua terkaya di Malaysia dan menurut Forbes terkaya ke-138 di dunia. Pengusaha minyak, penternakan kuda bibit (di Australia), perjudian, studio kartun Hollywood, telekomunikasi, multimedia, perkapalan, tenaga, dan broker tanah inilah yang mula-mula membangun Menara kembar ini dan karena sesuatu 'entah apa maksudnya" dia meyakinkan Dr. Mahathir Muhammad agar Kerajaan Malaysia membeli gedung yang belum selesai itu dengan uang Petronas. Menara inipun akhirnya diselesaikan pembangunannya dan menjadi milik petronas yang menyandang namanya pula "Menara Berkembar Petronas". 

Arsitek gedung ini adalah César Pelli dari Argentina dan memerlukan 7 tahun untuk menyelesaikan tugasnya [1981 - 1998]. Tentu saya bukan ahlinya untuk menganalisis sisi teknis dan material pembangunan gedung ini. Tapi ada sisi lain yang berkelebat dalam fikiran saya ketika memasuki lantai paling dasar di bawah tanah. Di sana ada Super Market Raksasa milik Penguasaha dari Jepang. Yang menurut fikiran saya memiliki nama SANGAT GANJIL " I-SETAN".

Tidak mungkin sebuah perusahaan besar tak memahami arti kata Setan dalam bahasa melayu dan tidak mungkin pula pengusaha professional akan TIDAK MENGAMBIL KIRA tradisi dan kultur melayu yang memahami kata setan sebagai musuh utama manusia [Innassyaithoona lakum 'Aduwwun Mubiin] dan lebih tidak mungkin pula kalau dikatakan bahwa tidak ada nama lain yang pantas selain nama SETAN itu.

Jika tambahan huruf "I" [dibaca ai] diperhatikan maka jawaban samar-samar mulai terlihat. Lebih-lebih ketika memperhatikan titik huruf "I" tidak diletakkan diatas hurufnya tetapi diposisikan pada margin puncaknya yang dengan tepat mengasosiasikan "mata satu" pada gambar piramida dalam lembaran uang kertas Dollar Amerika.

Saya ingat beberapa hari yang lalu saya telah menulis tentang The Diary of Dajjal yang menjelaskan tentang fakta adanya keyakinan tentang Sacred Geometry yang merupakan sebuah stratgegy Benteng Stelsell ala Freemasonry, bahwa ada 188 titik di bumi ini yang menjadi pusat-pusat energy dunia, dan jika ingin menguasai dunia maka titik itu harus dikuasai dan diletakkan gedung tinggi di atasnya. Saya yakin ancaman bom yang terjadi pada 12 September 2001, sehari selepas serangan 11 September meruntuhkan menara kembar World Trade Center di Raya New York adalah isyarat bahwa kecurigaan tersebut memang memiliki argumen yang kuat, sekalipun lebih bersifat metafisik. Jika Kishore Mahbubani mendiclare [dalam bukunya Asia The New Hemishfare] bahwa Superioritas Amerika akan berpindah ke Asia, maka keruntuhan WTC sudah tergantikan dengan telah berdirinya PTT, Petronas Twin tower. 

Sungguh mencengangkan menyaksikan puluhan ribu orang yang keluar masuk Mall I-Setan,  bahkan mereka rela antri panjang untuk berbelanja dan bergantian makan di restoran-restoran di dalamnya. Dalam hati saya bertanya adakah yang memiliki fikiran sama dengan saya dalam hal ini?

Karena tak ingin dibilang asal ngomong, maka saya sempatkan mengambil potho di depan Mall I-Setan itu untuk saya lampirkan dalam tulisan ini. Juga saya bermaksud agar pembaca tidak menuduh saya narsis. heem

Wallahushawab
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kuala Lumpur 14 Nopember 2013.

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 3 Ke Malaysia Terbawa Arus Rindu

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Tidak sulit untuk mengingatnya, karena tahun 1985 yang berarti 28 tahun yang lalu, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Bandara Kuala Lumpur adalah masa ketika gemuruh The Revival Of Islam telah mampu membangun semangat kesatuan. Sebuah judul tulisan dalam Majallah Panji Masyarakat " Dari Maroko sampai Maroke" seakan telah menyatukan Malaysia dan Indonesia menjadi dua buah provinsi dari sebuah negara islam Global. Tulisan itupun pada bulan yang sama ditajuk oleh Utusan Melayu dengan judul yang sama.

Seperti dua buah orkestra dengan dua orang dirijennya (yang baru mulai tertarik kepada arransemen Islami): Soeharto di Indonesia dengan vokalis Alamsyah ratu Perwira Negara dan Dr. Mahathir di Malaysia dengan vokalis Anwar Ibrahim. Dibelakang mereka berbaris backing vokal yang rancak seperti: Bang Imad, Kunto Widjoyo dan Amin Rais, Dawam Rahardjo, Baikuni, Sahirul Alim, Nur Cholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Abdullah Syukri dlsb, dan tentu saja ada strong-man behind the stage "M. Natsir" sebagai ketua Dewan Masdjid Indonesia. Adapun di pihak Malaysia ada Anwar Ibrahim, Mohammad Azmi, Syed Hussein, Syed Naquib, Hadi Awang, Asyari Muhammad dst dengan Encik Tuan Guru Nik Aziz Nik Mat sebagai the man behind the gun-nya.

Baik di Indonesia maupun Malaysia, seminar, diskusi, halaqah dan ulasan-ulasan koran dan majallah nyaris tak berbeda topik-topiknya. Cukup dicari di dua sumber saja : Masjid Salman Bandung dan Masjid IIUM/UKM Kuala Lumpur. Suasana itulah yang menyedot saya sampai berkeliling menjadi guru agama di Kampong-kampong Malaysia mulai dari Kedah, Johor, Trengganu, Kelantan dan Kuala Lumpur sendiri. Sama sekali tak ada rasa keterasingan.

Dari segi inpra struktur, seperti apa yang saya lihat saat itu, Malaysia masih belum apa-apa. Semua serba sedang dibuat, akan dibangun atau baru sekedar sedang direncanakan, bahkan kontraktor dan pekerjanyapun mayoritaas dari Indonesia. Tapi saat ini [November 2013] mimpi-mimpi itu dengan jelas telah menjadi nyata. Jalur-jalur tol yang luas dan bersih dihiasi taman-taman dan hutan buatan di kiri kanannya; Sungai Kampong Datuk Keramat yang dahulu kotor, bau dan semrawut kini mengalir bening dan bersih. Pasar kacau macam Chow Kit, Bangsar Baru atau Petaling Jaya kini laiknya seperti mall terbuka yang rapi dan bersih siang dan malam. Lahan-lahan terlantar antara KL - Kelantan kini sudah menjadi hamparan-hamparan nan hijau, pabrik duit kebun-kebun kelapa sawit atau karet. Telah terjadi pembalikan kondisi, jalan tol Semarang Bandung malah dibangun oleh kontraktor Malaysia, juga terminal-terminal SPBU Petronas dan Shell telah bertaburan mengejar jumlah SPBU Pertamina.

Saya masih ingat suatu ketika naik bus SKMK [Serikat Kendaraan Melayu Kelantan] yang robek dan butut, saat para penumpang turun di Kota Ipoh yang mirip tepi Hutan, tapi kini Negeri Perak telah memiliki sebuah kota metropolitan Ipoh City bagai Hongkong, connected every where dengan Kereta api Super Cepat dan bus-bus gagah dan artistik. Di kepala saya hanya ada sebuah analogi bahwa antara Indonesia dan Malaysia bagaikan perlombaan lari antara sprinter langsing dan tangkas dengan pelari gendut korban obesitas.

Saya mencoba mencari short-cut dengan menanyakan bagaimana sampah dikelola sehingga rumah tangga, pasar, terminal dll begitu bersih dan tertata baik? Kemana gerangan sampah-sampah dibawa dan bagaimana prosesnya? Dua hari berkeliling dan meretas ratusan kilo meter TPA tak saya temukan.

Short-cut kedua adalah mengelilingi kampus-kampus seperti IIUM, UKM, UPM dan UTP Petronas sepertinya mendapat jawaban yang sama: Luas, bersih, rapi dan indah tak berbeda dengan Universitas di Erofa. Dan sepertinya Malaysia tak hendak icon keislaman mereka menjadi terlekang sehingga masjid-masjid kampus dibangun "Luar Biasa Megah". Dalam urusan pembangunan material, Malaysia boleh dikatakan berhasil.

Sayang, 4 hari tentu bukanlah masa yang memadai untuk merekam semua pernak pernik dan geliat Bangsa Melayu Malaysia, terutama yang berkaitan dengan semangat ilmiyyah. Tapi sedikit tidak masih kita temukan bahwa Guru besar, Dosen, Guru Sekolah, Ustaz, Mahasiswa asal Indonesia masih cukup signifikan di sana.

Saya bertanya di dalam hati: "Apakah suasana gemah ripah dan kemegahan materi dapat dijadikan modal untuk melaju lebih cepat atau justru membuat para pemuda Malaysia menjadi semakin terlena dan masuk dalam pusaran materialistis?". Jika dahulu suasa penuh kekurangan berfungsi menjadi pembuka ladang-ladang perjuangan, celah-celah kreativitas bagi para pemuda laiknya pukulan gendang bertalu-talu yang senantiasa membangunkan mereka dari tidur lelap, kini setelah suasana berubah makmur, dengan cara apakah semangat juang itu bisa bertahan?

Akhirul kalam, jika ditimbang-timbang dan dikalkulasi, hasil sementara sama saja: Mereka yang merasa telah sampai di tujuan akan cenderung mengaso / rehat, dan mereka yang mengejar menyisakan energi untuk menyusul. Ini tentu berbahaya karena tujuan akhir kita bukan diterminal duniawiyah itu, tetapi bagaimana ummat kedua negara ini bekerja sama membangun sebuah peradaban baru yang Rahmatan Lil Alamiin. Demikianlah yang selalu kita teriakkan dengan kepalan tangan yang diacungkan tingi-tinggi dalam sesssi-sessi diskusi dekade 70 - 80an di PII, HMI, PMII, ICMI dlsb. Semoga ini mengingatkan kita semua. Amiin

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 2 AirAsia: Pembalikan Cara Berhitung

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Metode berhitung paradoxlah yang membuat AirAsia menjadi berbeda sekaligus menjadikannya kaya raya.

Tentu tidak banyak yang tahu kalau Tony Fernandes membeli sebuah perusahaan penerbangan Malaysia AirAsia yang bangkrut akibat peristiwa 11 September 2001. Luar biasa harganya cuma seupil "Satu ringgit Malaysia". Ya cuma Rp. 3,500.- Tentu saja lengkap dengan hutangnya yang berjumlah 40 juta ringgit. No problem, dalam dua tahun Tony sudah mulai menuai surplus.

Dengan demikian Tony tidak memerlukan waktu dan biaya membangun sebuah prusahaan baru; Pilot2 handal dan crew2 berpengalaman yang dipecapat oleh berbagai maskapai bangkrut bisa direkrut tanpa nilai kontrak, pesawat2 mangkrak bisa disewa atau dibeli sangat murah tanpa perlu mengurus izin laik terbang. Semua pembelian dengan harga NYARIS GRATIS.

Tony juga mendapatkan blessing in disguise. Semula mengurus ijin keluar masuk negara lain sangat rumit dan mahal, maka pada musim kebangkrutan maskapai penerbangan dunia, terjadilah krisis transportasi dunia. Ijin tidak lagi sekedar mudah dan murah, malah negara-negara didunia membuka langitnya tanpa rate. Kebijakan Visa on Arrival juga seolah membuka gerbang rejeki yang tak dilihat oleh kebanyakan pengusaha lainnya.

Bagaimana dengan penumpang? He he Tony berfikir terbalik. Dia tidak peduli dengan ketakutan penumpag pesawat terbang akibat Traumatik WTC. Dia faham benar bahwa penduduk asia yang pernah naik pesawat hanya berjumlah 6%. Sisanya 94% adalah masyarakat yang sangat ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi burung dan menari-nari di atas awan. "Jika mereka dikasi harga murah, mereka pasti akan terbang". itu konsepnya. Tentu saja jutaan pekerja yang keluar masuk Malaysia menggunakan perahu akan lebih memilih airasia ketimbang dilanun oleh para bajak laut gadungan.

Tony Fernandes mengabaikan orang-orang borjuis yang siap membayar mahal. Jumlah mereka sangat sedikit. Hal ini mengesankan dia menjadi pahlawan orang kecil yang hanya memerlukan bisa terbang, masalah purna-service, itu urusan keseratus. Selebihnya Tony perlu berfikir bagaimana mengorek-ngorek kocek para penumpang. Ahaaaaaaaa...! "Adds-on". Itu jawabannya. bagaimana itu?

Adds-on itu konsep pelayanan yang memulai dengan patokan layanan paling minimal dengan servis minimal juga. Persis seperti Windows. OS bisa gratis tapi applikasi tambahan harus sanggup bayar. Itupun kalau mau. kalau tidak nggak apa-apa. Tune Hotel juga menggunakan konsep itu, kita bisa tidur [saja] dengan tarif 1 dollar, tapi jika mau nambah:
a. Air mandi hangat tambah bayar sekian...
b. Handuk, tambah bayar sekian...
c. Sikat gigi, sabun dan odol tambah bayar sekian...
d. Kipas angin tambah bayar sekian...
e. AC tambah bayar sekian...
f. Nonton TV lokal tambah bayar sekian...
g. Nonton TV cabel tambah bayar sekian...
h. Nelpon tambah bayar sekian...
i. Hotspot tambah bayar sekian...
j. Safety-box tambah bayar sekian...
k. Air mineral tambah bayar sekian...
l. Camilan tambah bayar sekian...
m. Parkir tambah bayar sekian...

Saya tidak bisa membayangkan apa-apa lagi yang bisa di-objek-kan. Kalau mau silahkan, kalau tidak monggo. Masih bisa tidur, masalah pulas ya tergantung ...tambah bayar sekian.

Tony memang memahami benar bahwa bangsa Asia suka menawar sampai kepada harga yang paling murah, maka diapun membalas dengan menawarkan harga super murah dan menyerahkan urusan tawar menawar itu kepada konsumen sendiri untuk berdebat dengan dirinya "mau pilih yang mana?"

Tony terbukti benar, AirAsia mengalahkan maskapai murah lainnya seperti LionAir, Nok Air, Shouthern Air.

Untuk calon penumpang AirAsia saya ingatkan bahwa konsep adds-on ini bisa membuat terperanjat, misalnya untuk bagasi anda cuma dibebaskan 7 kg. Jika lebih anda akan kena charges yang luar biasa 10 dollar per-kg. Jika ingin pindah duduk kepinggir, bisa juga dengan bayar tambahan. Kalau kebetulan pesawat agak kosong, bisa juga meminta pindah ke kursi yang kosong dan dengan segera para crew menyodorkan bill bayar tambahannya.

Tapi ada bodohnya juga Airasia ini, misalnya ditaruh harga makanan dengan harga pecahan seperti Nasi Lemak Pak Nasir $M. 11.5. Akibatnya para crew mondar mandir mencari recehan untuk kembalian para penumpang.

Dua kali terbang dengan AirAsia tak saya alami kelambatan satu menitpun dan landingnya setara dengan kelembutan Saudia, nyaris tak terasa.

Menurut saya: LionAir dengan mudah dapat mengalahkan AirAsia sebagaimana Garuda mengalahkan Singapore dan MAS. namun tidak dengan jurus "Top Service Top Price" tapi dengan adds-on. Musuh utamanya adalah mentalitas "Innal Insaana Layathgho". Jika sudah eksis ada kecenderungan berlagak seperti boss, padahal siapapun tahu perusahaan dan segenap kaki tangannya adalah penjaja jasa yang seharusnya tutur, lagak dan performence-nya menyatakan "The Boss You are".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kuala Lumpur, 14 November 2013.

MALAYSIA SELAYANG PANDANG: 1 [Tanpa]AirAsia : Mengapa Murah?

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hal pertama yang mengesankan saya pada AirAsia adalah ketika orang-orang NTB sudah sangat gregetan kepada Garuda yang tidak mau mendukung internasionalisasi Bandara Internasional Lombok, padahal namanya sudah terang benderang bertarap internasional.

Saat itu, 1 Oktober 2011, hari peresmian BIL oleh Pak SBY, FDMN tidak mau ketinggalan ikut membuat acara menanam pohon di areal bandara yang masih kering kerontang sebagai bentuk kesyukuran karena akhirnya keinginan kita tercapai "BIL beroperasi".

Banyak kasus2 aneh mengiringi semua itu, namun yang menjadi sumber kebahagiaan adalah dari jauh sana, sebuah perusahaan penerbangan secara meyakinkan telah memasang iklan dan baliho di sekujur Pulau Lombok bahwa mereka akan segera membuka route BIL - Kuala Lumpur. Yang mencengangkan adalah harga tiketnya mulai dari 150 ribu rupiah saja. "Dengan Air Asia semua orang bisa terbang", begitulah slogannya. Dan memang betul.

Warga FDMN menyambut tantangan itu dengan merancang kunjungan muhibah ke Malaysia dan tak tanggung-tanggung seratus orang lebih calon peserta segera membuat passport dan menyerahkan uang pembelian ticket. Tapi hukum dagang segera berlaku "karena banyaknya peminat harga merambat naik" dan mencapai Rp. 1,200,000.- one way.

Kali ini saya harus ke Malaysia dan hanya AirAsialah yang melayani route BIL - KL PP. tanpa transit. Oke saya naik, dan membayar Rp. 2,400,000 pergi -pulang. Saya tak perlu banyak omong karena yang membayarnya adalah Panitia Seminar Universitas Petronas.

Satu demi satu, alasan mengapa terbang dengan Air Asia menjadi murah, mulai terjawab:
(1) Saat antri naik pesawat, biasanya kita dipotong oleh gerombolan pilot dan crew yang baru, dengan pakaian seragam necis2, koper2 keren dan langkah dipercepat sambil minta maaf untuk diberikan jalan lebih dahulu. Di Air Asia, pilot dan crew tidak bergantian seperti itu.

(2) Ketika masuk pesawat, kita berpapasan di tangga dengan penumpang yang baru turun. Artinya pesawat tidak membayar biaya parkir. Saat sudah di dalam pesawat kita bisa melihat bahwa pramugari juga merangkap sebagai cleaning service. Tidak ada kelas-kelasan, semua kursi sama dan tentu saja dibuat sesempit mungkin;

(3) Di sini juga berlaku seperti "Lion tanpa air" so juga "Tanpa AirAsia". Ada lapak jualan mondar mandir, cuma bedanya kalau di Lion Tanpa air barang-barang jualan tidak ramah lokal. Di Tanpa airasia barang jualannya seperti Nasi Lemak Pak Nasir, Mi Goreng Mamak, camilan-camilan produk rumah tangga masy. Malaysia sendiri.

(4) Turun dari pesawat tidak ada angkutan yang mengantar ke gedung kedatangan. Semua jalan kaki walaupun cukup jauh.

Masih ada argumen mengapa terbang dengan "tanpa airasia bisa murah". Tapi tulisan ini sudah sangat panjang, maka saya potong sebagai bahan untuk tulisan bagian ke dua. he he he

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Kuala Lumpur, 14 Nov 2013

ISLAMO PHOBIA ITU SUDAH LAMA

ISLAMO PHOBIA ITU SUDAH LAMA
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Mari kita renungkan peristiwa di Gumi Selaparang pada tanggal 14 agustus 1891 sebagai berikut:
Residen Bali dan Lombok yang baru diangkat, M.C. Dannenbargh, dengan cepat menyadari implikasi-implikasi pemberontakan Muslim Sasak. Maka pada tanggal 14 Agustus1891, dia memberitahukan Batavia tentang pecahnya pemberontakan Praya,dengan tinjauan yang berikut:

***"Saya ingin memberitahukan bahwa perkembangan-perkembangan terakhir di Lombok telah memberikan saya keyakinan yang mantap bahwa, jika terjadi perselisihan dengan Raja dari pulau itu, kita akan dapat mengandalkan dukungan dari sejumlah terbesar penduduk yang bukan orang Bali. (hal: 21)"***

Dan dalam laporannya tertanggal 11 September 1891 ia menguraikan lebih jauh:

***"Petugas informasi saya memberitahukan bahwa ada keresahan yang besar di kalangan penduduk beragama Islam di Lombok, sehingga jika dilakukan campurtangan bersenjata oleh Pemerintah (Belanda), pasukan sangat kecilpun akan cukup mengakhiri kekuasaan Bali itu. (hal:22)"***
Jawaban Pynacker-Hordijk adalah agak bermakna dua. Sementara, sebagian besar karena sebagai kebiasaan, ia meme-rintahkan dua kapal perang-HMSS Java dan HMSS Van Speyck keperairan Bali dan memberikan izin bagi kapal-kapalini untuk digunakan mencegah pemasukan bahan-bahan perangke Lombok yang dikuasai Bali, (Hal: 23)
Ia menolak untuk melibatkan diri dalam pengunaan ekspidisi militer.

Pada 7 Oktober ia memberitahukan kepada Residen (M.C. Dannenbargh):

***"Mengingat daya upaya yang masih memerlukan Angkatan Darat dan Angkatan Laut untuk mengekang perlawanandi Aceh, saya ingin menghindarkan campurtangan bersenjata.... Harus di indahkan bahwa kekuasaan Pemerintahan Hindu di Lombok tidak boleh digulingkan tanpa izin Pemerintah (Belanda). Saya mempunyai perasaan was-was yang gawat tentang kemungkinan bahwa suatu Negara Islam secara terpisah akan muncul di Lombok, sesuatu Negara yang mungkin sukar untuk menyelesaikan hubungan-hubungan kita dengan sempurna tanpa menggunakan kekerasan senjata."***
Dari kasus diatas kita semakin meyakini pesan Rasulullah S.a.w bahwa : “Al-kufru wal iimaanu la yajtami’aani” = Ke-kufuran dan keimanan itu tidak akanpernah sapat dipersatukan.

Juga kita semakin meyakini bahwa energi perlawanan terhadap ketidak adilan (Khususnya di Pulau Selaparang ini) memang dipasok dari Ajaran Islam. Dan saya juga meyakini hal demikianpun terjadi di seluruh Indonesia.
***DISADUR DARI BUKU: LOMBOK Penjajahan, penaklukan dan keterbelakangan. Karanag Alfons Van Der Kraan. BELILAH BUKU ASLI UNTUK LEBIH MELENGKAPI INFORMASI PARA PEMBACA***

IN MEMORIAM HAMZANWADI & M. NATSIR [Kenangan Manis Poros Lombok Padang]

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

"Ma syaa Allahu Kaanaa, Wa maa lam yasya' lam yakun" Kehendak Allah akan tetap terjadi dan apa yang tidak dikehendakinya tidak akan prnah terjadi. [ Imam As-Syafi'i].
Hari ini 5 Agustus, 114 tahun lalu tepatnya tahun 1898, Masyarakat Indonesia timur menemukan mutiaranya. Dilahirkan seorang putra terbaiknya yang oleh orang tuanya diberi nama "Muhammad Saggaf" yang bermakna "sangat cergas". Dari sinilah asal sebuah kata Bahasa Sasak "Sregep" dengan arti sebuah kata sifat yang menggambarkan seseorang yang 'cepat tanggap dan penuh keseriusan'.
Arti kedua Saggaf itu adalah TUKANG ATAP. Dari makna ini kita akan segera membayangkan seorang sosok yang dengan jitu menemukan segera kunci problema sebuah rumah yang kumuh dan tidak sehat, kebocorannya. Kemudian dengan segera pula bergerak menuju atap dan memperbaiki letak atau mengganti genteng yang rusak.

Cukuplah dengan kata kunci Saggaf itu kita meringkas sejarah hidup, memahami semua sepak terjang serta semangat laten perjuangan yang diwariskan oleh TGKH. Zainuddin Abdul Madjid [Hamzanwadi] yang hari ini kita kenang hari lahir beliau 5 Agustus. [Selebihnya silahkan digoogling].

Sepuluh tahun kemudian, 17 Juli 1908, Indonesia bagian barat mendapatkan pula karunia berliannya, yang dimunculkan di sebuah kampung bernama Kampung Jambatan Baukia, Alahan Panjang, negeri dingin di balik Gunung Talang Solok, Padang - Sumatra Barat. Dialah Muhammad Natsir. Jawara ini, sangat tidak butuh penjelasan dari saya.

Kedua Mutiara dan Berlian itu, mula-mula bertautan ressonansi perjuangannya pada nama awal pemberian orang tua mereka "Muhammad". Tidak ada sisi hidup mereka berdua yang lepas dari ruh kekasih mereka Rasulullah, Muhammad s.a.w.

Adapun Natsir yang berarti PENOLONG dan PEMENANG. Keselarasan antara arti nama dan prestasi telah dibuktikannya melalui Pemilu tahun 1955, yang dianggap pemilu paling demokratis sepanjang sejarah bangsa, Masyumi, Partai Islam yang dipimpinnya meraih suara 21% dengan memperoleh 58 kursi, sehingga jika ditambah dengan partai beraliran Islam lainnya telah menjadikan politik Ummat Islam leading di Negeri ini. Maulana As-Syaikh Di Indonesia bagian timur adalah gegeduk alias ponggol Masyumi NTB. Buhul Natsir menjuntai dari Pusat berjalin kisah dan kasih dengan buhul Saggaf di akar rumput NTB. Sebuah bukti benderang bagi mereka yang teliti merenungkannya.

Demikianlah. ketika nama NATSIR mendapatkan kombinasinya dengan SAGGAF, maka dalam benak kita sepertinya memercikkan loncatan-loncatan sinar hasil induksi dari dua kutub perjuangan. Kutub grass root yaitu lapangan pendidikan masyarakat awam [pembenahan rumah tangga ummat] dan kutub puncak yaitu panggung politik Nasional [pemenangan idiologi tingkat puncak].

Maaf, anda harus kecewa jika meminta bukti empirik dari saya, tentang pertautan aktuil antara Mutiara dan Berlian dari ujung timur dan barat itu. Saya belum berbau kencur saat awal kemerdekaan, pun saya tidak memiliki keahlian kesejarahan dan journalistik. Tapi, setidaknya saya memiliki informasi mahal berupa kesaksian komunikasi langsung antara keduanya.

Suatu hari di tahun 1991, bersama Al-Ustaz H. Muhammad Suhaidi, [Alm.] H. Drs. Sahabuddin, [keduanya adalah Ketua dan Sekretaris Perwakilan NW Jakarta], kami bertiga dipanggil pulang ke Lombok untuk menerima Wakaf pribadi Hamzanwadi dalam bentuk uang Rp. 50 juta untuk pembelian tanah Madrasah di Jakarta. Terjadi suatu peristiwa yang sama sekali tak terdetik dalam angan-angan saya; Maulana As-Syaikh mengambil secarik kertas, menuliskan kalimat berbahasa Arab lalu menanda tanganinya kemudian menyerahkannya kepada saya dengan pesan:
"Anta Hasanain, ne tugasme' .... Sampaikan Surat ini kepada Adingku, Ustaz Muhammad Natsir. Jangan serahkan kepada tangan selain dia"

Seminggu kemudian, selesai Sholat Jum'at di Masjid Dewan Dakwah Islamiyyah Jakarta Jalan Kramat Raya No. 45 Jakarta Pusat, dengan diantarkan oleh pembantu Rumah Tangga Bapak Muhammad Natsir bernama Muhammad Junaidi, asal Tegal, saya bertemu langsung dengan beliau. Saat itu beliau dalam keadaan pengobatan intensif. Ketika menerima surat dari Hamzanwadi itu, mendadak beliau duduk tegak dan meminta selembar kertas dan pena, lalu segera menulis diiringi tetesan air mata yang saya lihat jelas mengurai di balik kaca mata beliau. Sekalipun kami semua tidak mengerti apa isi kejolak hati beliau, namun kami juga turut menangis.

Entah beberapa bulan setelah itu, dalam waktu liburan kuliah di LIPA Jakarta, saya kembali ke Pancor untuk menyampaikan surat Bapak Muhammad Natsir kepada Maulana Asy-Syaikh yang saat itu sedang meminpin pengajian di depan Tullab Ma'had. Sebenarnya saya datang terlambat dan duduk di saff paling belakang, namun pengelihatan Maulana As-Syaikh sungguh sangat tajam, beliau lalu membuat jeda dan meminta saya maju kedepan, maka surat dari Bapak Muhammad Natsir itu segera saya sampaikan. Maulana langsung membuka dan membacanya setelah itu meminta kami semua mengaminkan do'a beliau untuk sahabatnya itu.

Dalam lanjutan pengajian di Mushalla Abrar itu, tidak hentinya-hentinya Maulana mengajak melantunkan wasiat renungan masa dan diantara untaian bait syairnya yang masih melekat di dalam ingatan saya adalah:

Telepon Sentral di alam bebas
Sambung-menyambung tidak terbatas
Ke kanan kiri bawah dan atas
Sampaikan berita kontan dan puas
Telepon hikmat dan berguna
Mendapat khabar pada waktunya
Dan tidak perlu ada kabelnya
Cukup ditempel pada temboknya

Tahun 1993, beberapa bulan sebelum Almagfuuru Lahu Bapak Muhammad Natsir wafat, saya masih sempat memberi tahukan beliau tentang peristiwa penerimaan balasan surat beliau kepada Sahabatnya Maulana As-Syaikh yang hanya beliau panggil Ustaz Zainuddin itu. Beliau kemudian menceritakan kenangan lama perjuangan beliau dalam Partai Masyumi. Saat itu banyak peziarah turut mendengarkan, seperti Bapak Abdurrahman Shaleh, Ahwar Haryono, Ahmad Sumargono dll.
Di kemudian hari, mereka para pendengar inilah yang kita kenal sebagai pendiri Partai Bulan Bintang atau pengurus-pengurus pusatnya. Agar anda tidak meraba-meraba saya beritahukan bahwa Pendirian PBB itu adalah isyarat bahkan instruksi Bapak Muhammad Natsir, oleh sebab itu tanggal berdirinya PBB dipaskan dengan hari lahir beliau, tanggal 17 Juli [1908 : 1998]. Apa yang GAGAL saya fahami dari sejarah partai [yang saya turut sebagai deklaratornya di NTB ini] adalah para pendiri dan penggagas awal itu kebanyakan TERPECAT.

Muhammad Zainuddin, Muhammad Natsir
Mutiara dan Berlian sejati
Satu di hulu yang lain dihilir
Ukirkan qudwah sampai mati

Wassalamu'alaikum
Hasanain Juaini
Narmada, 16/17 Ramadlan 1433 H

GURU THE GATE WAY FOR CREATING GREAT ASIAN


GURU THE GATE WAY FOR CREATING GREAT ASIAN
(oleh oleh dari Pilipina 4)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Semula saya diminta untk berkontribusi dalam sebuah acara forum pertemuan guru se Pilipina di auditorium CCP (Culture Center of Philippine), karena acara yang terlalu padat, maka diundur yang akibat lanjutannya adalah CCP yang megah itu tidak bisa kami tempati, alhasil forum dipindah mendadak ke sebuah Mall (Asia Mall) yang hingar bingar.
Para penerima hadiah Ramon Magsaysay diminta untk dengan personal approach nya bisa mengendalikan keadaan itu. satu dua tiga kontributor bergiliran mengatasi psikologis masing2 dalam situasi yang memekakkan telinga. Nah akhirnya giliran saya, kebetulan memangg terakhir.

Asia mall, ya ini memberi inspirasi tentang "continent and money". Mendadak saya teringat " We are the world-nya Michael Jackson" yang sesuai dengan karakter Philippians yang suka nyanyi; lalu UANG karena ini mall. Maka saya mulai:
Keluarkan uang 100 dillar AS dan lambaikan: "Siapapun yang bisa meneruskan chorus lagu saya ini, maka 100 dollar ini miliknya" waaaah ternyata mereka doyan juga dan mendadak senyap, menunggu gerangan lagu apa yang akan dilantunkan seorang pengguna kopiah haji dan berbaju batik serta rompi ala India ini?

Di moncong mike itu saya dendangkan:
There comes a time
When we head a certain call
When the world must come together as one
There are people dying
And it's time to lend a hand to life
The greatest gift of all

....(orang2 mulai bergumang dan mengingat-ingat lagu itu, tepukan kecil-kecil beriak sesuai ketukannya...) lanjut . . . .

We can't go on
Pretending day by day
That someone, somewhere will soon make a change
We are all a part of
God's great big family
And the truth, you know love is all we need

Lagu saya hentikan dan mulai menantang siapa saja yang berani maju meneruskan sendiri dengan Chorus-nya. Panggung jadi penuh dan memaksa panitia menggilir satu-satu. Yah dasar pengaruh duit, dimana-mana sama saja. Massa tak bisa diatur, mereka mau semua berebutan. akhirnya diputuskan kita semua bernyanyi :

We are the world
We are the children
We are the ones who make a brighter day
So let's start giving
There's a choice we're making
We're saving our own lives
It's true we'll make a better day
Just you and me

Saya hentikan sampai di situ dan mulai ngomong tentang ASIA, great Asia,whay, how and must we do??? Suasana sudah kondusif, disco disco dimall itu dimatikan.

Tanya mereka lagi: for every correct answer 5 dollars:

What do we say the person who tech? Teacher . . . .yess five dollars for you.

What do you say teacher in asian languages?
India = Gurhu
China = Ghucu
Indonesia, Malaysia, Singapor, Brunei, Thailand = Guru
Philippine = Guro.

......yes five dollars for you

Who can differ between teacher and Guru/Guro/Ghucu? tanya jawab berjalan baik, dan akhirnya kita sepakati lebih baik pakai kata guru ketimbang teacher, sebab kata mereka teacher tidak mengandung pendidikan, cuma ngasi tahu saja dan itu bisa dilakukan oleh alat mati tanpa hati seperti buku dan konputer.

Brothers and sister all over Asian: Indeed guru is A GATE WAY FOR CREATING GREAT ASIAN. What do you suggest for that idea?

Kami akhirnya menanda tangani fakta kesepakatan untuk membentuk assosiasi guru se Asia. Alhamdulillah saya diselamatkan oleh Michael yang telah mendahului kita di tanah arab bernama dubai itu.

Dua hari kemudian saya mendapat kontak dari Pertamina dan Petronas serta Ayala corporate bahwa mereka akan mendukung assosiasi itu jika jadi dibentuk. Alhamdulillah pihak Departemen Agama RI melalui Dr. Husnan Bey Fannany dan (sedang diupayakan dengan Diknas RI) untuk kita bersama-sama mewujudkan gerakan ini. Semoga menjadi penggerak semangat para guru se Asia untuk turun tangan menyelamatkan putra putri Asia dari belitan Globalisasi yang hedonic dan materialis itu. Amin.

Semoga juga Radio SBS Australia dan BBC London jadi dan segera mengadakan talkshow untuk topik ini. Amin amin amin.

Oh ya tidak lupa di akhir forum dengan sangat gegap gempita bernyanyi bersama: (entah dari mana panitia sudah dapatkan instrumennta) welldone.

So they'll know that someone cares
And their lives will be stronger and free
As God has shown us by turning stone to bread
So we all must lend a helping hand

[Chorus]
We are the world
We are the children
We are the ones who make a brighter day
So let's start giving
There's a choice we're making
We're saving our own lives
It's true we'll make a better day
Just you and me

When you're down and out
There seems no hope at all
But if you just believe
There's no way we can fall
Well, well, well, well, let us realize
That a change will only come
When we stand together as one

[Chorus]
We are the world
We are the children
We are the ones who make a brighter day
So let's start giving
There's a choice we're making
We're saving our own lives
It's true we'll make a better day
Just you and me
==============================
Wassalamualaikum

Indon educator empowers women

Indon educator empowers women