WISATA HALAL
[Takut Bayangan Sendiri]
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saya,
sama saja dengan anda orang NTB yang fikiran dan perasaannya terliputi oleh
tradisi dan budaya kita sendiri. Bagaimana merasa tidak beda-beda amat.
Tentang
wisata halal, sayapun pernah membayangkan bahwa kelak akan datang tourist arab
seperti yang datang ke Pucket, Bangkok atau Genting Island, Malaysia ... mereka
sekumpulan anak-anak muda atau perjaka lapuk yang kesulitan menikah karena
berbagai hal. Dan tentu saja kasus Puncak, Jawa Barat menjadi pembenar rasa
semacam itu.
Ketika
Semeton Paox Iben menurunkan laporan perjalanannya ke
Oman, saya mendapat angin baru, Paox bilang bahwa segmen seperti tengarai di
atas memang ada dan merekalah para arab-arab kere yang sesungguhnya juga
seperti para kere di negeri kita sendiri. Singkat kata memang ada sekelompok
kecil orang yang hidupnya memang tidak jauh dari urusan perut lapar mereka.
Kalau ada sedikit beranjak ya tidak jauh dari areal itu.
Beberapa
bulan terakhir ini saya dikejutkan dengan beberapa tourist muslim manca negara
yang langsung mengontak saya dan minta untuk disiapkah guide yang berbahasa
Inggris dan Arab:
1.
Abu Abdullah (Uni Emirat) dengan keluarganya datang dan minta diantarkan ke
sebuah masjid kampung. Di sana keluarga itu mengumpulkan ratusan orang-orang
miskin, membagikan uang masing2 Rp. 100,000.- lalu meinta marbot untuk
mengantarkannya ke Toko karfet dan penuhlah masjid itu dengan sajadah baru dan
mahal. Keesokan harinya mereka minta diantar menikmati keindahan Senggigi,
menginap di Gili Air, menaiki puncak sembalun, mengelilingi pantai Kuta dan
Pantai Pink, lalu pamit dengan isak tangis kerinduan. Kata Abu Abdullah:
"Saya akan merindukan azan-azan subuh yang saling bersahutan dan lantunan
shalawat bocah2 yang fasih itu".
Awal
Mei kemarin, Abu Abdullah mengirim 34 juta untuk pembangunan toilet di masjid
kampung itu dan Awal Juni berikutnya mengirim 20 juta rupiah untuk berbuka
puasa para santri. Tak lupa menulis melalui WA: Kami akan datang lagi dengan
jumlah keluarga lebih banyak.
2.
Awal tahun 2014, sahabat saya dari Malaysia mengirim putranya untuk rekreasi di
Lombok, katanya dia percaya anaknya akan baik2 saja selama sebulan di Lombok
sebab dia sendiri pernah ke mari. Selama di Lombok pemuda itu menghabiskan
semua objek wisata Lombok. Setelah kembali ke Malaysia keluarga itu mengundang
puluhan santri untuk berwisata di Malaysia, Thailand dan Singapura. Kelak
mereka berencana untuk beramai-ramai wisata ke Lombok dengan ratusan pemuda.
Tidak
lama setelah itu saya mendapat khabar bahwa sering kali Pesawat Air Asia Kuala
Lumpur - BIL justru berisi kebanyakan wisatawan Malaysia. Komentar mereka yang
seragam adalah: Suasana persaudaraan di Lombok adalah suasana yang justru di
Malaysia masih di dalam mimpi.
3.
Juli 2015, Ramon Magsaysay Foundation, Philippina mengontak saya dan mengatakan
bahwa mereka merindukan untuk mengumpulkan semua awardee yang masih hidup di
seluruh Asia untuk ber-Reuni di Lombok.
4.
Mei 2016 yang lalu, sahabat Alan Prouty (Mantas Executive Asian Development
Bank) berkunjung kerumah dan mengajukan usul agar saya menggagas Eko-Wisata
dimana para pencinta lingkungan se dunia saban hari bisa bertemu dan dari sini
semangat menanam pohon dilambungkan ke seluruh dunia. Lombok adalah tempat yang
tepat untuk itu.
5.
Akhir Mei 2016, sahabat kita yang asli Lombok Abdurrahman Sheckbubakar diutus
oleh seorang muhsinin (dermawan) Arab yang akan mendukung seluruh pendanaan
jika di Lombok masyarakat mau membangun sebuah kawasan persaudaraan dunia di
mana simbol-simbol negara seluruh dunia diadakan sehingga setiap yang
memasukinya seakan merasa keliling dunia. Ketika saya bertanya apa alasannya
memilih Lombok sebagai tempat seperti itu. Jawabnya: Lombok adalah masyarakat
yang paling pantas memiliki tempat semacam itu, karena mereka pemilik senyum
paling ramah di dunia.
6.
Tiga orang tourist, gadis Spanyol datang ke Pesantren Nurul Haramain yang
ketika saya tanya mengapa memilih Indonesia? Mereka serentak berkata bahwa saya
merasa save untuk tinggal berbulan-bulan di Lombok ini setelah NTB
memproklamirkan wisata halal. Apa yang kami pahami dengan wisata halal adalah
kami akan diperlakukan disini dengan "Nilai-nilai islam yang kami kaji di
Perguruan tinggi"
Saya
mencoba menyelami psikologis putri-putri Spanyol itu, perkiraan saya bahwa
mereka mempelajari sejarah Islam selama menguasai Spanyol yang mereka temukan
sebagai sistem hidup yang saling menghargai.
Kini
saya baru faham ternyata kekhawatiran2 adalah pengaruh dari "Takut
Bayangan Yang Akut" sebagai akibat langsung langsung sempitnya wawasan,
lemahnya ilmu serta kurangnya penghargaan terhadap milik kita sendiri.
Ya
Allah kuatkan dan teguhkanlah optimisme kami. Sungguh yang kami inginkan adalah
Pariwisata yang menjadi ajang pembuktikan bahwa kami adalah masyarakat
pengemban Rahmatan Lil Alamin. Bukan makhluk-makhluk serakah yang hanya MENYASAR
KANTONG PARA TAMU.
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.