KITA INI BANGSA YANG MEMALUKAN
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Judul di atas saya ambil dari seorang
penyair Irak beraliran Syi'ah "Ahmad Nu’aimi" yang menyiarkan seuntai
syair dengan judul tersebut, kemudian pada tanggal 27 Desember 2015 syair itu
menjerumuskannya ke depan juru tembak yang akhirnya mengantarkannya ke dalam
liang lahad.
Ahmad Nu’aimi membuka syairnya
begini:
"" Fakta sejarah yang
tak terlupakan, bahwa kita adalah bangsa yang tidak tahu malu.
Umar bin Khattab membebaskan
Irak, Syiria dan Persia,
Kita berbangga dan paling
banyak menikmati hasilnya
Kitalah orang Syia'ah yang
paling banyak menghina Umar.
Demikianlah .... satu demi satu
prestasi orang-orang ( yang karena tidak mengikuti faham syiah lalu) dijuluki
dengan Sunny dan setiap hari menjadi bulan-bulanan penistaan dan pengkafiran
orang-orang Syia'ah. Sebaliknya berbagai kisah sejarah mengenaskan yang menimpa
ummat Islam ternyata dibalik semua itu selalu ditemukan pengkhiatan kaum Syiah.
Mulai dari Jatuhnya Bagdad, Granada sampai Palestina, ada pengkhianat Syiah di
dalamnya. ""
Syair Ahmad Nu’aimi begitu
menggugah kesadaran kita bangsa Indonesia yang senyatanya memiliki Sumber Daya
Alam melimpah ruah, penduduk yang banyak serda modal kemerdekaan yang heroik
dan membanggakan. Namun apa yang menjadi kenyataan di depan mata kita tidak
dapat disimpulkan kecuali dengan seuntai kalimat "Kita adalah Bangsa Yang
Memalukan".
Rsulullah s.a.w berpesan:
"Awas, jangan sekali-kali duduk dipinggir jalan". Seorang sahabat
meminta penjelasan: "Ya Rasulullah bagaimana kalau kami terpaksa duduk
dipinggir jalan karena suatu kepentingan?"
Rasulullah menjawab: Boleh,
tetapi jaga betul hak-hak jalan itu. Atau jangan pernah mengganggu para
pengguna jalan.
Sekarang coba renungkan, kasus
Nyongkolan dengan kecimol itu. Betapa memalukannya. Mungkin kita berfikir
dengan alasan melaksanakan adat istiadat, tradisi dan budaya, kita dapat
mengorbankan kepentingan orang lain. Sungguh tidak ada yang nampak dari kasus
tersebut selain kebodohan kita, sifat primitive kita yang belum beranjak ke
dunia peradaban di mana manusia seharusnya mendahulukan kepentingan umum,
mengatur tingkah laku, mengukur maslahat tidaknya tindakan dengan keadaan.
Seorang wisatawan menulis SMS
kepada saya:
Saya senang datang ke Lombok,
laut dan pantai yang menawan; gunung dan ngarai yang mempesona, senyum manis
para penduduknya... Sayang, ketika kami hendak pulang, kami terjebak macet
sampai lima jam yang memaksa kami harus terunda naik pesawat ... dan ticket-pun
hangus.
Saya membaca SMS-itu dan
bergumam di dalam hati:
"Memang, kita ini bangsa
yang memalukan"
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Hasanain Juaini